Kita hanyalah manusia. Tapi banyak dari kita yang lupa hakikat manusia. Kita terlena dengan segala hal yang ada di dunia, lalu kita melupakan fitrah sebagai manusia. Fitrah mendasar manusia adalah makhluk. Kita bukan Tuhan, tetapi hanyalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.
Sayangnya, setelah diciptakan, manusia merasa dirinya sebagai makhluk yang independen. Manusia menuntut kebebasan. Manusia merasa penguasa jagat raya atas makhluk lainnya. Dibangunnya paradigma bahwa segala hal yang terjadi di dunia ini berpusat pada manusia. Menyebarlah paradigma itu di dalam pembangunan-pembangunan yang dilakukan oleh manusia.
Kita itu manusia. Manusia sesungguhnya bukan makhluk yang independen. Manusia juga tidak mungkin bebas dari segala hal. Minimal kebebasan manusia itu dibatasi oleh kebebasan makhluk lainnya. Manusia juga bukan penguasa di jagat raya. Manusia memang memiliki akal, akan tetapi akal itu terbatas. Tidak semua hal dapat dirasionalkan dengan akal manusia.
Pernahkah kita menuntut untuk diciptakan oleh Tuhan? Tidak! Tuhan menciptakan kita atas kehendak-Nya sendiri. Kita hanyalah terlepar ke alam semesta ini tanpa pernah diberikan pilihan mau dihidupkan ataukah tidak. Tidak ada tawaran itu dari Tuhan. Kita hanya pasrah menerima segalanya. Bahkan hanya sekedar menentukan lokasi dan waktu kita dilahirkan saja, itu sungguh sangat tidak bisa. Lalu mengapa kita sombong sebagai manusia?
Tugas utama manusia diciptakan dan ditempatkan di dunia ini adalah untuk memakmurkan dunia seisinya. Bukan untuk sombong dan membasmi makhluk lain, dengan alasan kepentingan egois kita sebagai manusia. Alam semesta bukan semata-mata soal kepentingan manusia. Namun soal bagaimana manusia bisa memainkan peran dalam mengelola jagat raya sebaik mungkin, sesuai dengan kehendak Tuhan.
Kehendak Tuhan. Itulah yang kerap kita lalaikan. Kita sering kali lupa bahwa Tuhan memiliki sifat berkehendak. Akhirnya segala hal hanya diukur dari perspektif kehendak manusia. Entah kemana kita tempatkan kehendak Tuhan.
Menegasikan kehendak Tuhan, sebenarnya menegasikan kekuasaan-Nya. Kehendak Tuhan merupakan kekuasaan Tuhan. Tuhan Maha Berkuasa, maka Tuhan juga Maha Berkehendak. Apapun yang Ia inginkan, pasti akan terjadi. Itulah kekuasaan Tuhan yang tak terbatas.
Lalu bagaimana kita? Apakah kita tidak memiliki kehendak? Dan apakah kita hanya menjadi fatalis?
Kita dikaruniai akal, yang di antaranya memungkinkan untuk kita berkehendak. Tapi kehendak kita itu bergantung pada kehendak Tuhan. Kita juga diberikan kekuatan untuk berbuat, namun perbuatan kita itu juga tergantung pada kehendak Tuhan. Jadi kita bukan fatalis, dimana kita sama sekali tidak memiliki kekuatan apapun untuk berbuat sesuatu.
Yang harus kita tanamkan selalu adalah, segala kehendak dan perbuatan kita itu senantiasa digantungkan pada kehendak Allah. Inilah jalan yang paling mudah untuk hidup di dunia. Menjauhkan kita dari rasa sombong, mendekatkan kita pada keikhlasan, dan mengembalikan kita sebagai manusia yang sesungguhnya.[]
Oleh: Ahmad Sadzali