MENGAPA RADIO DAKWAH
Sebagai Perguruan Tinggi yang berbasis “islam”, Universitas Islam Indonesia terpanggil untuk mampu memberikan pemahaman “islam – yang Rahmatan Lil’allamim” kepada masyarat melalui media. Universitas Islam Indonesia memiliki berbagai fakultas dengan berbagai program study, tentu dengan demikian memiliki pula staf pengajar dengan keahlian multi disipliner.
Maka tidak salah bila dalam Perguruan Tinggi yang tertua di negeri ini, memberikan wacana – pemikiran dan sumbangsih keilmuan kepada masyarakat dalam bingkai “islam” yang mampu memberikan pencerahan- pranata yang menyejukan.
Radio adalah media masa yang sederhana dan mampu diakses dengan mudah berbagai kalangan masyarakat. Dasar inilah dirancang RADIO UNISIA berdiri dengan program yang keseluruhannya dikemas dengan dasar “dakwah”.
Padatnya penggunaan “frequency” FM di Daerah Istimewa Yogyakarta, membuat pengelola Radio Unisia harus rela untuk tidak mendapatkan alokasi “chanel” difrequency ini. AM = Amplitudo Modulasi, chanel radio yang mulai ditinggalkan pengelola dan pendengar radio dinegeri ini menjadi alternative pilihan untuk penyiarannya.
Sadar bahwa chanel AM sulit di akses pendengar karena mulai tidak tersediannya “radio reciver” yang menyediakan chanel AM, Upaya untuk memudahkan siarannya dijangkau masyarakat, salah satu alternative adalah memaksimalkan penggunaan internet untuk ‘radio streaming”.Sehingga memudahkan radio ini diakses melalui smartphone, gatget, maupun laptop yang terkoneksi jaringan internet.
Maka secara berani PT.UNISIA MEDIA UMAT sebagai badan hukum yang menaungi media ini memproklamirkan diri sebagai “ Radio Dakwah Universitas Islam Indonesia” dibawah bendera UNISIA GROUP milik Yayasan Badan Wakaf UII.
DISIAPKAN DENGAN DISKUSI
Persiapan berdirinya “radio dakwah” cukup lama menjadi pemikirian para “pini sepuh” dilingkungan Universitas Islam Indonesia. Dengan harapan radio ini akan menjadi rujukan dan melengkapi media dakwah yang telah ada. Karena itulah persiapan harus disiapkan secara matang agar radio ini nantinya mampu memberikan warna baru bagi siaran radio yang berbasis dakwah.
Forum Group Discussion merupakan pilihan untuk mendapatkan pemikiran – bentuk dan ujud radio ini, Maka bertepatan hari Kamis 30 Mei 2013 diselenggarakannya diskusi terbatas di lantai 2 Gedung UII Jalan Cik Ditiro 1 Yogyakarta. Nara sumber dalam diskusi dipilih cukup beragam, antara lain Prof.Zaini Dahlan ahli Tafsir yang Mantar Rektor UII, Drs.H.Sunardi Sahuri – Ustad yang juga Pembina Yayasan BWUII, Prof.DR.Muhammad Suyanto Ketua STIMIK AMIKOM yang juga cikal bakal Radio MQ Yogya, DR.H.Dadan Muttaqien,SH,M.Hum – Dekan FIAI UII, Iwan Awaluddin Yusuf, SIP.MSi pakar media yang juga Dosen Prodi Komunikasi UII, M.Zamroni.S.Sos.MSi Dosen Fak Dakwah UIN yang juga Komisioner KPID DIY.
Diskusi dibuka secara langsung oleh Ketua Pengurus Harian Badan Wakaf UII – DR.Lutfi Hasan, dalam paparan pembuka DR.Lutfi berharap bahwa radio UNISI akan mampu menjadi rujukan dan kajian masyarakat muslim, Di UII menurutnya dakwah masih bersifat individu belum melembaga dan terstruktur dengan baik. Dakwah haruslah disampaikan secara simpatik dan tidak memaksa, demikian pesan Prof Zaini, karena itu beliau mewanti-wanti tampilkan dakwah dengan “indah” dan selalu mengikuti perkembangan teknologi.
H.Sunardi Sahuri dan Prof.Suyanto memiliki pemikiran yang sama, bahwa mengelola media dakwah harus dilakukan secara profesional, dakwah cukup sulit menjadikan media dakwah sebagai ladang bisnis, karena itu pengelola harus sadar bahwa mengelola media dakwah lebih banyak pada “hati”. Namun toh demikian Prof Suyanto memesantan “tampilah dengan modern dan harus mampu berdiri disegala golongan”.
Dari kacamata media massa, Iwan Awaludin Yusif S.IP.MSi melihat mengharapkan media dakwah harus mampu tampil secara populis sehingga mampu diterima berbagai kalangan, harus mampu mengembangkan dan mempopulerkan khasanah pemikiran intelektual islam dan mengikuti trend teknologi media. Sedangkan M.Zamroni S.Sos.MSi berharap media dakwah bukan terjebak menjadi media yang mengikuti selera masyarakat, tetapi harus mampu membentuk selera masyarakat. Kegagalan media dakwa, umumnya tidak dijalankan secara “istiqomah”, banyak terjebak kurangnya dana untuk pengembangan. sehingga sering mempengaruhi factor yang lain khususnya dakwah.
APA YANG DIHARAPKAN
Sangat santun Prof Zaini Dahlan memberikan petuah dalam diskusi yang dipandu dosen muda Abdul Rohman, SSos.MSi.MPA, beliau menuturkan bahwa program radio dakwah haruslah tampil simpatik jangan menyakitkan, jangan menampilkan kekerasan, bangunlah dengan interaksi diagolis meskipun dengan kalangan sendiri. Selain itu Prof Zaini berharap Radio Dakwah mampu menampilkan kajian Al Quran dari berbagai keilmuan modern, sehingga Al Quran mudah diterima awam dan menjadi rujuan dalam bermasyarakat
Universitas Islam Indonesia telah menerbitkan “Tafsir Al Quran” namun hingga kini masih banyak sebatas pada koleksi dan souvenir bagi tamu-tamu UII. Karena itu DR.Lutfi Hasan berharap “Tafsir” tersebut mampu ditampilkan dengan kajian yang baik, sehingga akan mampu menambah kasanah tafsir yang telah ada. Proz Zaini dan Prof Amir Mualim adalah nama-nama besar yang ada dibalik tafsir terbitnya Tafsir Al Quran -UII, beliau cukup mampu diharapkan menjadi penafsir.
Tampilkan sesuatu yang diperlukan masyarakat, itulah yang diungkap Prof.Suyanto, Pakar IT ini mengharapkan isian radio dakwah dengan pendekatan bahwa islam itu mampu membangun dan berfikir modern, islam itu mudah dan tidak susah. Sedang Ustad Sunardi Syahuri lebih menekankan bagaimana radio dakwah tidak saja mampu membangun hubungan vertical, tetapi hubungan harmonis secara horizontal sesama umat dengan baik.
Pengalaman hidup menurut Prof Zaini menarik untuk memberikan gambaran secara nyata pada umat, Pendapat ini dikuatkan Iwan Awaluddin Yusuf pakar media massa mengatakan, pemberian motivasi dan tidak sektarian harus menjadi landasan program. Sedangkan DR.Dadan Muttaqin mengungkap bahwa Kajian kontemporer Islam patut diangkat, karena UII sebagai Perguruan Tinggi memiliki ahli yang cukup banyak diberbagai bidang. sehingga isian program mampu menjadi rujukan baru. Namun selain hal yang baru, DR.Dadan berpendapat tampilan menghibur dengan lagu-lagu islami tetap juga dibangun untuk menarik pendengar khususnya kaum muda, disamping untuk menunjukan bahwa “seni islami” juga berkembang.