Menjaga Jari dan Hati di era digital

Mengetik adalah bentuk modern dari berbicara , sehingga apa yang kita tulis di dunia maya memang harus dijaga dengan sebagaimana kita menjaga lisan kita. Karena bahaya ketika jari yang tidak terjaga akan dapat menimbulkan fitnah digital, ghibah online hingga perbuatan ujaran kebencian terhadap seseorang.  Ada beberapa tindakan tercela yang dilakukan oleh sebagian orang di media sosial yang sebaik nya bisa dihindari karena dapat merugikan banyak pihak bahkan juga pada diri kita sendiri. Seperti contoh nya yang banyak sekali terjadi pada saat ini,  pada suatu ketika kita menemukan , ada sebuah berita dengan judul yang menarik , lantas kita kemudian langsung men-share membagikan nya ke media sosial tanpa melakukan semua cek kebenaran nya berita tersebut terlebih dahulu. Yang selanjut nya kemudian ada beberapa orang yang menyebarkan aib orang lain di media sosial, dan ada juga sebagian orang lain yang mengomentari dengan kata-kata yang tidak baik dan juga dengan kalimat yang kasar pada suatu berita postingan tentang seseorang tersebut.

 

Dalam Surah Al-Isra ayat 36 , Allah berfirman :

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌۗ اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا

Arti nya : “Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.”

Disini bisa kita lihat betapa pentingnya untuk menjaga jari kita dalam mengetik karena hal tersebut merupakan representasi kita dalam bertutur kata kepada orang lain.

Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah juga bersabda , “Seorang hamba terkadang mengucapkan satu kalimat yang dia anggap sebagai hal yang ringan tetapi hal itu dapat membuatnya tergelincir kedalam neraka sedalam 70 tahun.”

 

Surah Al-Hujurat ayat 6 , Allah berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا ۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuanmu yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.”

Di ayat tersebut telah jelas bahwa apapun berita yang dibawa oleh seseorang kepada kita , maka kita harus periksa terlebih dahulu, kita tabayyun kan.  Perlunya untuk berhati-hati dalam menerima sebuah berita adalah untuk menghindarkan penyesalan akibat tindakan yang diakibatkan oleh berita yang belum diteliti kebenarannya.

 

Tujuan dalam berbagi informasi di media sosial

Saat ini di media sosial juga seringkali kita menemukan kalimat “social personal branding” yang sering muncul di lini masa kita. Hal ini sering dikaitkan dengan beberapa orang yang senang dengan mengunggah sebuah pencapaian dan sebagai nya di media sosial mereka. Namun disisi lain banyak juga netizen yang menganggap hal tersebut sebagai sebuah pencitraan pada diri mereka. Kita sebagai muslim yang baik seharusnya dapat ber-husnudzon dengan hal ini karena bagi sebagian orang hal tersebut memang terasa sebuah hal yang berat karena mereka cenderung akan membanding-bandingkan diri nya dengan orang lain.

Kita harus melihat bahwa, apa tujuan kita men-share informasi tersebut?
Karena semua itu tergantung dari niat awal kita. Kita juga harus hati-hati dalam bermedia sosial. Salah satu contoh nya seperti saat kita mencoba untuk membuat dan memposting sebuah status di media sosial milik kita, maka kita harus mempertimbangkan bahwa tidak semua nya itu harus kita posting status di media sosial. Karena yang dikhawatirkan adalah karena banyak sekali kita melihat orang-orang membuat postingan status di media sosial karena mereka hanya ingin sebuah pengakuan saja dari orang lain yang melihat nya. Maka ini akan mengakibatkan seseorang yang awal nya niat nya ingin membagikan hal yang dirasa mereka adalah sesuatu yang positif namun malah menjadi sebuah hal yang ternyata hanya menginginkan sebuah validasi saja dari orang lain.
Sebaik nya juga kita harus melihat hal tersebut dari dua sisi, sebagai netizen kita yang melihat nya harus tetap ber-husnudzon, berprasangka baik selama postingan orang tersebut tidak berbau sara dan yang orang lain bagikan itu tidak berniat untuk menyakiti orang lain maka kita sebagai orang yang melihat nya maka kita senantiasa ber-husnudzon.
Salah satu contoh positif lain nya adalah ketika kita melihat postingan orang lain yang membagikan cerita ketika diri nya sedang mendatangi sebuah kajian keagamaan yang terlihat menarik di sebuah tempat , maka kita sebagai netizen yang melihat nya secara positif juga bisa ikut terinspirasi dari postingan tersebut , lalu kemudian juga bisa kemudian ikut untuk mendatangi  kajian keagamaan tersebut. Ini lah salah satu manfaat positif dari berbagi informasi di media sosial yang bisa kita dapatkan secara mudah.

Kesimpulan yang bisa kita ambil dari hal ini adalah kita harus bisa melihat niat kita itu seperti apa?, apakah sharing informasi ini akan membuat kita senang atau hanyalah membuat kita menginginkan sebuah validasi saja, dan sebaik nya kita tidak perlu berlebih-lebihan dalam membagikan hal tersebut. Karena kita harus berpikir apakah postingan yang kita unggah ini nanti nya akan membuat penyakit hati kepada netizen atau orang lain yang melihat nya atau tidak. Sedangkan dari sisi kita sebagai netizen yang melihat konten di media sosial maka kita harus bisa ber-husnudzon selama hal tersebut tidak mengandung hal-hal ilegal yang dilarang seperti ujaran kebencian atau hal yang sara dan negatif lain nya.
Sikap bijak yang kita bisa pelajari disini adalah dari dua sisi , yaitu kita sebagai orang yang membuat status atau sebuah cerita di media sosial dan yang kedua adalah dari sisi kita yang melihat tulisan dari orang lain. Di zaman saat ini dengan begitu banyaknya deras arus informasi yang dapat berdatangan dengan cepat mencapai semua orang , maka kita sebagai seorang muslim harus mensyukuri nya dengan cara berusaha menjaga jari, berusaha untuk menjaga hati, dan kemudian dapat menyebarkan ilmu yang bermanfaat, konten yang bermanfat dan mudah mudahan itu semua menjadi amal kita. Mari jadikan teknologi ini menjadi ladang pahala kita, jadikan dunia digital menjadi ladang dakwah.

 

Sumber : Ir.Yunalia Muntafi, S.T., M.T., Ph.D (Eng) – Dosen Prodi Teknik Sipil FTSP Universitas Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *