Pada setiap tanggal 10 Oktober diperingati sebagai hari kesehatan mental dunia.
Pada saat ini banyak sekali sering kita mendengar gangguan mental yang terjadi di kalangan anak muda. Kalangan anak muda saat ini sering dengan gamblang mengatakan bahwa diri nya sedang mengalami kegalauan, sedang bad mood dan perasaan kesedihan yang dituliskan dan dibagikan dengan menggunakan media sosial untuk berbagi perasaaan mereka dengan orang lain. Namun apakah kita sebenarnya mengetahui apa itu gangguan mental?
Apa kesehatan mental itu?
Seseorang yang dapat dikatakan sehat mental itu tidak terbatas hanya pada perasaan seseorang itu sendiri yang hanya melakukan diagnosis kesehatan nya pada diri nya sendiri, namun kesehatan mental juga berimplikasi seperti hal nya kesehatan tubuh fisik.
Sehat mental sama dengan sehat fisik , ini merupakan sebuah kontinum yang berkesinambungan.
Salah satu contoh nya, seperti ketika kita bangun tidur di pagi hari , lalu merasakan hal yang kurang nyaman, mual demam ataupun gejala kurang enak badan lain nya yang itu berarti menandakan fisik kita kurang sehat. Kesehatan mental juga seperti itu, ada kala nya kita merasakan pikiran kita sedang berat sekali, ketika bangun tidur di pagi hari tetapi tidak merasakan semangat seperti biasa nya. Mental kita sama seperti kondisi fisik yang bisa menurun dan juga bisa optimal.
Tidak jarang juga kita mendengar berbagai istilah gaul saat ini dari anak-anak muda yang mengutarakan berbagai kalimat perasaan seperti overthinking, burn out, galau , bad mood dan sebagai nya. Hal tersebut mereka bagikan pada media sosial digital, yang pada saat ini yang memiliki kemampuan untuk saling berbagi dengan publik luas maupun juga terdapat fitur akses tertentu agar postingan tersebut hanya dibagikan terbatas kepada teman dekat mereka saja. Hal ini akan membuat seseorang untuk lebih nyaman membagikan perasaan hati nya tidak secara langsung tetapi melalui sebuah media lain untuk menyampaikan nya..
Bagaimana kondisi kesehatan mental yang optimal?
Kondisi mental kita sama seperti kondisi fisik yang bisa menurun dan juga bisa naik ke kondisi optimal.
Lantas bagaimana kondisi yang optimal tersebut?
Pertama adalah kondisi yang sejahtera, yaitu ketika kita mampu untuk mengelola seluruh permasalahan hidup yang sedang dijalani sehari-hari pada saat ini. Kedua, kita mengetahui dengan jelas apa saja potensi yang dimiliki di dalam diri kita dan dapat menggunakan nya melalui aktivitas-aktivitas yang produktif seperti belajar, pergi ke tempat sekolah, dan bekerja. Kemudian yang ketiga adalah bisa berkontribusi kepada masyarakat luas atau komunitas. Segala hal tersebut dapat mempengaruhi pikiran kita pada saat itu.
Dalam kesehatan mental, kapan kita bisa sadar atau paham jika saat ini kita sedang mengalami problem masalah mental pada diri kita? Karena kesehatan mental ini berbeda dengan kesehatan tubuh secara fisik yang pasti akan nampak secara visual apabila kita sedang mengalami masalah dengan kesehatan fisik, dan juga pasti akan banyak orang yang paham dan akan dengan senang hati menawarkan bantuan untuk menolong nya saat itu juga. Namun pada kesehatan mental ini tentu sumber masalah yang sedang dihadapi bisa berbagai macam dan juga dengan dampak yang berbeda-beda antara satu orang dengan orang yang lain. Yang sering terjadi di kalangan umum masyarakat kita adalah kita tidak pernah diajarkan secara langsung dan jelas bagaimana jika sedang mengalami sebuah kegagalan, penolakan, sedang ditinggalkan dan hal-hal lain yang bersifat negatif kepada mental kita, padahal hal-hal kejadian tersebut sangat mungkin pasti akan terjadi di kehidupan sosial kita. Inilah yang perlu menjadi tambahan edukasi bagi semua orang tua atau bagi setiap anggota keluarga kita untuk mengenalkan kesehatan mental bagi setiap orang di dalam keluarga masing-masing. Hal ini bertujuan untuk mendidik dan melatih mental agar tetap dapat menjaga satu sama lain di dalam keluarga.
Ada penelitian yang mengatakan bahwa keluarga adalah backbone nya mental health, sehingga akan berpengaruh dalam tahap kembang anak-anak di dalam keluarga tersebut. Pasti akan selalu ada kecenderungan bagi anak-anak yang sedang dalam perkembangan mental dan usia mereka untuk melihat perilaku dari orang dewasa di sekitar mereka, dalam hal ini adalah anggota keluarga yang paling dekat dengan mereka yaitu orang tua. Sehingga anak akan melihat bagaimana yang terjadi apabila orang tua mereka sedang berselisih paham dengan orang lain ataupun ketika mereka mengungkapkan perasaaan nya ketika sedang mengalami sebuah masalah kecil dan besar baik dari lingkungan yang dekat ataupun masalah hidup dari pekerjaan mereka. Mereka anak-anak juga akan melihat bagaimana ketika orang dewasa meluapkan emosi, misal nya sedang mengalami fase kegagalan ataupun ketika sedang marah terhadap sesuatu hal kejadian. Selain hal negatif mereka anak-anak juga akan belajar berbagai hal seperti misal nya, bagaimana orang dewasa mengerti tentang cinta kasih, dalam berbagai hal, dalam lingkup keluarga ataupun dalam sosial mereka dengan teman-teman nya.
Gangguan mental
Apakah gangguan mental itu? Seseorang bisa dikatakan gangguan mental itu ketika ada sebuah syndrome atau kumpulan dari gejala-gejala yang kemudian mengganggu cara kita dalam berpikir, mengganggu cara kita dalam mengelola emosi kita, dan juga menggangu kita dalam berperilaku.
Dibalik itu semua kita harus memahami dengan jelas bahwa segala gangguan mental tersebut harus ditegakkan oleh kalangan medis, baik itu dari seorang psikolog maupun psikiater, karena kita sebagai orang awam atau pun misal nya kita berprofesi sebagai tenaga medis seperti seorang dokter sekalipun, kita tetap tidak bisa memberikan diagnosis kepada diri kita sendiri terkait masalah gangguan mental ini, melainkan harus wajib dilakukan pemeriksaan oleh orang lain yang memang ahli di bidang tersebut.
Sumber nya masalah nya bisa dari berbagai macam, yang pertama dari faktor biologis, karena otak berfungsi untuk mengatur emosi , yang kedua bisa berasal dari psikologis, dan yang ketiga bisa datang dari sosial maupun dari hal spiritual. Hal tersebut akan dapat membentuk symptom-symptom atau gejala.
Apa itu depresi?
Orang yang hanya merasakan sedih biasa tidak bisa dikatakan sebagai orang yang menderita depresi. Depresi bisa dikatakan dengan symptom gejala-gejala seperti antara lain, kesedihan yang terus menerus, ada rasa bersalah yang sangat tinggi, tidak ada nya semangat pada sesuatu yang kita sukai seperti pada kegiatan hobi yang disukai sebelum nya, ada perasaan hampa dalam hidup, dan bahkan pikiran untuk mengakhiri hidup yang terlintas di pikiran. Sehingga orang yang baru merasakan dan menyatakan diri nya sedang bersedih saat itu saja belum bisa untuk dikategorikan sebagai penderita depresi jika belum menimbulkan gejala-gejala seperti hal tersebut dan untuk kelanjutan diagnosis nya wajib membutuhkan bantuan medis dari kalangan profesional.
Kita harus peka terhadap diri sendiri
Kita perlu peka terhadap diri sendiri dalam merasakan perasaaan kita dalam menjalani hidup. Apabila kita sedang mengalami bad mood pada suatu saat, kita perlu untuk mendeteksi kenapa sih kita merasa begini? apakah kita saat itu sedang kurang asupan makan, apakah kita sedang kurang istirahat tidur tadi malam, ataukah kita sedang menemui masalah pada saat itu, maka inilah yang sebaik nya dapat kita deteksi terlebih dahulu. Namun jika perasaan sedih itu berlarut-larut sampai kita melakukan berbagai hal negatif seperti menutup diri dari sosial bertemu teman-teman dan mengurangi berbagai aktivitas penting kita seperti sekolah kuliah atau pekerjaan, maka sebaiknya kita mulai untuk meminta bantuan orang lain dari kalangan medis psikologis.
Kapan kita perlu untuk mendapat bantuan profesional?
Kita butuh untuk mengobrol curhat dengan teman dekat kita, jika kita bisa mengutarakan nya dengan nyaman, dan jika kawan kita juga bisa untuk menjadi tempat ruang berkeluh kesah kita yang baik dalam berbagi cerita keseharian kita sehari-hari maka bahkan mungkin kita belum perlu untuk mendapatkan bantuan dari medis profesional untuk mengatasi kegalauan kita sehari-hari. Mengobrol curhat dengan teman bisa kita analogikan seperti mengurai benang kusut yang menjadi problematika kita sehari-hari. Dengan mengeluarkan curahan hati kita dengan teman pun juga kita tidak harus wajib menemukan solusi nya pada saat itu juga, karena pada dasar nya setiap manusia butuh untuk didengarkan.
keberanian bercerita dengan teman ataupun orang lain memang bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan, terutama jika kita memiliki pikiran yang sedang berat seperti khawatir jika teman kita nanti justru akan menceritakan masalah tersebut kepada orang lain atau hal negatif lain. Namun dengan memendam perasaan juga bukan lah sesuatu yang baik, dan ini justru tidak boleh untuk dilakukan. Karena dengan memendam sebuah masalah dan apabila dikemudian hari nya dia tiba-tiba mendapatkan sebuah masalah baru yang lain lagi, maka hal ini akan bertumpuk-tumpuk dan akan memberikan tekanan yang jauh lebih berat pada diri kita. Pada tahap ini tentu kita sudah harus mulai butuh bantuan dari orang lain terutama dari tenaga medis profesional.
Mengekspresikan diri itu penting
Mengekspresikan diri kita itu penting. Bagi sebagian orang yang belum merasa siap untuk melakukan curhat nya dengan orang lain bisa dicoba untuk melakukan jurnaling, jurnaling ini seperti menulis sebuah catatan diary atau sesuatu yang ingin kita bagikan di catatan harian kita. Juga bagi kita yang beragama Islam bisa juga kita mencurahan kegundahan hati kita kepada Allah ketika kita selesai beribadah sholat ataupun berdoa ketika sedang memulai beraktivitas dalam sehari-hari. Cara mengatasi sebuah masalah atau coping dari setiap orang berbeda-beda, ada emosi ataupun kognitif yang berperan disini. Sebagian besar masalah bisa diatasi dengan sikap yang tenang, namun ada juga coping yang dilakukan secara kognitif yaitu penyelesaian masalah yang perlu dicarikan solusi nya secara logika. Kita perlu untuk memetakan berbagai solusi yang mungkin dapat dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut. Pada penyelesaian kognitif ini kita juga dapat menggunakan pemecahan solusi yang berbeda-beda, dan juga pertimbangan yang mendalam daripada dampak dan resiko dari setiap penyelesaian nya tersebut.
Apa yang membuat seseorang bahagia?
Ada sebuah riset tentang happiness kebahagian mengenai apa yang membuat orang itu bahagia? Riset ini meneliti tentang seseorang yang dilakukan secara longitudinal selama bertahun-tahun dengan mengacu pada kegiatan aktivitas sehari hari, dan ditemukan hasil riset nya bahwa yang membuat orang bahagia adalah adanya social support. Yang dimaksud social support disini tidaklah berarti dalam jumlah orang yang begitu banyak namun cukup dengan beberapa orang saja yang mau untuk berbagi dan mendengarkan keluh kesah kita sehari-hari, dan juga bisa dari lingkungan keluarga kita sendiri maupun dari teman dekat kita. Dengan ada nya sosial support ini juga merupakan faktor pelindung kita agar hal-hal buruk yang kita alami tidak berlanjut kepada gangguan psikologis.
Bagaimana cara menolong orang lain yang mengalami kesehatan mental?
Langkah awal dalam menolong orang lain itu adalah pastikah dahulu bahwa kita sendiri memang tersedia dalam waktu dan juga memiliki perasaan pikiran mental yang terbuka dengan orang lain. Pertama adalah alokasikan waktu dan tempat yang nyaman terlebih dahulu ketika kita ingin membantu teman kita yang sedang ingin mencurahkan isi hati nya dengan nyaman, sebaik nya jangan dilakukan ketika kita sedang mengalami banyak urusan aktivitas, karena hal ini bisa menjadi ganjalan dalam berinteraksi dengan teman yang sedang butuh bantuan kita. Pemilihan lokasi yang nyaman juga bisa meningkatkan mood seseorang yang sedang galau menjadi lebih tenang dan bisa nyaman untuk mengeluarkan seluruh isi pikiran nya kepada orang lain dengan mudah, karena bisa saja orang tersebut merasa malu jika curhatan nya tersebut sampai terdengar oleh orang lain. Membantu teman yang sedang membutuhkan tempat untuk berkeluh kesah ini bisa disebut sebagai langkah awal penangulangan kesehatan mental. Langkah awal yang bisa dilakukan dalam membantu teman yang pertama adalah dengan melihat, berinteraksi langsung dan melihat nya secara fisik. Orang yang sedang menghadapi masalah berat bisa terpengaruh fisik tubuh nya, dapat menjadi tidak bersemangat dalam menjalani aktivitas dan juga dapat mengalami kekurangan asupan nutrisi makanan sehingga mengakibatkan perubahan fisik menjadi lebih lemas atau tubuh menjadi kurus dan sebagai nya. Hal ini menjadi langkah awal yang perlu untuk dilihat secara langsung, karena kondisi fisik yang sehat sangat penting diperlukan dalam menangani masalah kesehatan mental ini.
Langkah kedua yang selanjut nya adalah mendengarkan. Kita harus mau mendengarkan secara aktif selama teman kita mencurahkan isi hati nya. Ketika menolong teman ini kita tidaklah harus mempunyai seluruh jawaban dari seluruh pertanyaan yang diajukan oleh teman kita. Solusi dari masalah tersebut tidak harus datang nya dari kita, dan kita tidak perlu untuk memberikan beban tersebut menjadi milik kita, karena tujuan utama yang dibutuhkan oleh seorang teman adalah sebuah kehadiran. Langkah selanjutnya setelah itu adalah kita sebaiknya tidak menginterupsi percakapan keluh kesah dari teman kita tersebut, karena mungkin saja cerita yang dia sampaikan sebenarnya masih panjang dan harus diurai satu persatu sampai selesai. Selanjutnya adalah kita berperan untuk membuka jalan sebagai kontak kepada tenaga medis profesional, hal ini sebagai langkah terakhir jika kalau dalam masalah tersebut teman kita merasa menjadi lebih berat dan semakin sedih.
Salah satu contoh di kampus Universitas Islam Indonesia telah tersedia layanan konseling bagi seluruh mahasiswa yang terdaftar di kampus, dan tersedia pula berbagai layanan psikolog sesuai dengan tingkatan masalah kesehatan yang dialami masing-masing mahasiswa. Layanan konseling profesional ini ditangani oleh konselor atau psikolog profesional yang ahli di bidangnya melalui Pusat Bimbingan Konseling Mahasiswa (PBKM) yang berada di bawah DPK UII. Layanan konseling mahasiswa ini merupakan layanan yang dapat diakses oleh seluruh mahasiswa UII tanpa dipungut biaya.
sumber : Latifatul Laili., S.Psi., M.Psi – Dosen Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia
DPK UII : https://kemahasiswaan.uii.ac.id/layanan/konseling-mahasiswa/