Kisah tentang kesombongan dan kecongkakan Fir’an telah menjadi sejarah yang takkan pernah terhapuskan dari muka bumi. Kisahnya abadi, menjadi pelajaran penting bagi seluruh umat manusia. Kisah kesombongan dan kecongkakan Fir’aun dapat dirujuk pada Surat Al-Qashash ayat 38-43. Di sana diceritakan bahwa Fir’aun menegaskan kepada kaumnya bahwa dia belum pernah menyaksikan ada Tuhan selain dia, karena hanya dialah yang paling tinggi. Dia memerintahkan kepada Haman, seorang tangan kanannya, supaya membangun sebuah Menara tinggi agar ia dapat melihat Tuhan Musa.
Menurut Imam Ar-Razi, Fir’aun mendakwahkan dirinya sebagai tuhan bukan maksudnya dialah yang menciptakan langit dan bumi, lautan gunung-gunung dan manusia seluruhnya, karena hal itu tentu tidak akan dapat diterima oleh akal, tetapi maksudnya ialah supaya orang lain menghambakan diri kepadanya. Fir’aun hanya menolak danya tuhan (yang arus dipatuh) dan memerintahkan kepad amanusa mentaati raja mereka dan mematuhi perintahnya.
Pada ayat tersebut juga Allah menegaskan bahwa Fir’aun dan tentaranya benar-benar sombong dan takabur. Dia mengira dialah satu-satunya penguasa yang mutlak. Siapa yang menentangnya maka dianggap sebagai orang yang durhaka. Jika dikatakan kepadanya bahwa ada Tuhan yang lebih besar kekuasaan-Nya daripada kekuasaanya, dia menjadi kalap dan memerintahkan dengan segera membuat suatu hal yang mustahil, yaitu sebuah bangunan setinggi lagit agar dapat berhadapan dengan Allah.
Firaun dan pengikutnya sebenarnya melakukan dua kesalahan: pertama adalah kesalahan karena mereka sesat dan tidak mau membuka diri, dan kedua kesalahan karena menyesatkan orang lainnya. Allah menamakan Firaun dan pengikutnya itu sebagai pemimpin-pemimpin yang membawa manusia ke neraka karena mereka menyesatkan manusia dengan memaksa setiap orang kafir terhadap Tuhannya, bebas melakkan kezaliman sekehendak hatinya, tanpa ada rasa keadilan dan rasa kasih sayang.
Firaun dan kaumnya itu mengira apa yang sudah mereka lakukan itu tidak diperhitungkan dan tidak dibalas. Dengan kesombongan, mereka membangun pyramid yang besar untuk kuburan dan diisi dengan perabot yang lengkap dan serba mewah. Pakaian dan perhiasan yang indah dan mewah juga idak lepas dari persediaan mereka sesudah mati.
Karena kesombongan dan ketakaburan itu, serta kesalahan tersebut Allah mengazab dengan azab yang sangat pedih di dunia dan di akhirat. Di dunia mereka ditenggelamkan di lautan dan di akhirat dibalas dengan balasan yang setimpal. (Ahmad Sadzali)