Sahabat Radio Unisia. Puasa Ramadan diwajibkan atas setiap umat Islam yang telah mukallaf, berdasarkan firman Allah di dalam surat al-Baqarah ayat 183 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Di dalam ayat tersebut Allah menggunakan kata “kutiba”, untuk menunjukkan kewajiban berpuasa bagi umat Islam. Kata “kutiba” artinya diwajibkan. Istilah ini kalau dalam bahasa hukum dikenal sebagai obligatori values/nilai kewajiban. Di dalam Islam nilai-nilai yang jenisnya obligatori valeus ini adalah nilai-nilai yang tidak bisa ditawar, harus dijalankan. Jadi puasa adalah suatu kewabiban yang tidak bisa ditawar dan harus dijalankan.
Mungkin dalam puasa ini ada rahasia, hikmah, dan ada alasan bisa dijelaskan secara psikologi, kesehatan, sosiologi, untuk kita poeduli merasakan kesulitanya orang lain. Ttapi yang jelas pertama-tama bahwa puasa ini adalah kewajiban. Sekalipun tidak ditemukan hikmah dan rahasia, tidak ditemukan manfaat secara kesehatan, secara psikologi, maka puasa tetap wajib dijalankan.
Berhadapan dengan perintah puasa ini sama berhadapan dengan semua perintah dalam rukun Iman dan rukun Islam. Logika yang harus kita gunakan adalah logika keimanan. Logika keimanan ini percaya sepenuhnya. Tidak boleh ada keraguan di dalamnya. Jika masih ragu, maka artinya tidak beriman.
Bagi mahasiswa di kampus, logika keimanan ini kebalikanya logika ilmu dan logika filsafat. Kalau ilmu dan filsafat orang biasanya menggunakan ingin tau dan meragukan dulu kemudian baru percaya kalau sudah ada buktinya, tapi logika keimanan percaya dulu sepenuhnya. Bukan berarti puasa itu tidak filosofis, tapi yang pertama-tanma yang kita harus kedepankan adalah kita percaya (penuh dan patuh, dan ayat yang disebut diawal tadi (ya ayuhalladzi na amannu) kita harus sepenuhnya percaya pada perintah puasa ini.
[Artikel ini adalah cuplikan dari Kajian Filosofis Puasa yang disampaikan oleh Ust. Dr. Fahruddin Faiz, Wakil Dekan Fakultas Usuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.]