Sahabat Radio Unisia. Manusia memiliki dua sisi, yaitu internal dan eksternal. Sisi internal berkaitan dengan segala sesuatu yang ada di dalam diri kita. Sedangkan sisi eksternal merupakan sisi dimana kita sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, kita tentu tidak dapat hidup tanpa adanya interaksi dengan apapun selain diri kita sendiri.
Dari kedua sisi ini, Sahabat Radio Unisia, kita memiliki tantangannya masing-masing, baik itu internal dari dalam diri kita sendiri, maupun eksternal yang berasal dari luar. Oleh karenanya kita membutuhkan suatu cara untuk dapat menghadapi tantangan-tantangan dari masing-masing sisi tersebut. Dan jika tantangan itu menyerang kita, maka kita butuh perisainya.
Allah SWT di dalam Surat At-Tahrim ayat 6 berfirman yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”
Perintah untuk memelihara diri sendiri dan keluarga tersebut menandakan akan adanya tantangan-tantangan itu. Di dalam ayat di atas digambarkan bahwa yang menjadi tantangan adalah api negara. Allah SWT telah menciptakan surga dan neraka. Keberadaan surga dan neraka ini merupakan tantangan bagi kita. Apakah hidup kita nanti akan berakhir di surga ataukah di neraka. Jika kita ingin ke surga, ada tantangan yang harus kita lewati, sebagaimana jika kita ingin menghindar dari api neraka.
Dilihat dari ayat di atas, Allah SWT pertama kali memerintahkan untuk memelihara diri sendiri, baru kemudian keluargamu. Hal ini menandakan adanya skala prioritas dalam memelihara diri. Prioritas pertama adalah diri sendiri, baru kemudian prioritas kedua adalah keluarga.
Akan tetapi, pemaknaan skala prioritas ini tidak dapat dipisah begitu saja. Keduanya bukan berarti fase atau level yang harus dilalui satu per satu. Keduanya harus berjalan secara bersamaan. Di saat kita memelihara diri sendiri, maka secara bersamaan kita juga harus memelihara keluarga kita.
Adapun pemaknaan terhadap skala prioritas adalah, bahwa diri yang sudah terpelihara, akan lebih mudah untuk memelihara orang lain, atau dalam konteks ini adalah keluarga. Meskipun tidak mutlak, tapi sebenarnya keshalihan yang ada di dalam diri dapat berimplikasi positif kepada orang di sekitar kita. Jangan sampai keshalihan yang kita bangun bersifat egois. Artinya hanya untuk diri sendiri. Keshalihan itu harus dapat menular, minimal kepada orang-orang terdekat kita, yaitu keluarga.
Oleh: Ahmad Sadzali