Piramida, Spink, Raja Dzalim Firaun, Nabi Musa alaihi salam, al-Azhar, siapa yang tidak pernah mendengar itu semua? Tentu nama-nama itu sudah tidak asing lagi di telinga kita ya Sahabat Radio Unisia.
Nah, semua nama-nama itu berada di Mesir. Orang-orang menyebutnya dengan Negeri Seribu Menara, karena banyaknya masjid yang di Mesir. Tapi banyak masjid juga dibarengin dengan banyaknya jamaah yang shalat di dalamnya loh. Sehingga masjid bukan hanya sekedar simbol belaka, melainkan sudah mengakar dengan kehidupan masyarakat Mesir.
Selain itu, orang-orang juga menyebutnya dengan Negeri Kinanah. Kenapa begitu? Karena dari negeri inilah banyak sekali ulama-ulama Muslim yang lahir dan menyebar ke seluruh penjuru dunia untuk menyampaikan risalah Allah. Para ulama itu bagaikan anak panah beruncing ilmu yang siap dilesatkan ke manapun juga.
Tapi coba tebak! Apa sih ibukota negeri Mesir ini?
Iya! Jawabannya adalah Kairo. Meskipun sebelumnya Mesir juga pernah beribukota di Alexandria dan juga di Fusthat.
Kota Kairo merupakan kota yang sangat penting dalam sejarah peradaban Islam. Pada Abad Pertengahan, kota ini memiliki peranan yang hampir sama pentingnya dengan kota Baghdad di Persia dan Cordoba di Eropa.
Kairo yang terletak di delta Sungai Nil ini telah dihuni manusia Mesir Kuno sejak tahun 3500 Sebelum Masehi. Mesir Kuno sempat mencapai kemakmuran di bawah penguasa Zoser, Khufu, Khafre, Menaure, Unas dan lainnya. Di masa itu, ibukota Mesir Kuno itu sudah menjadi salah satu kota yang berpengaruh di dunia.
Sejak tahun 30 Sebelum Masehi, Mesir dikuasai bangsa Romawi. Kekuasaan Romawi di Mesir akhirnya tumbang ketika Islam menjejakkan pengaruhnya pada tahun 641 M. Di bawah komando Amru bin Ash, pasukan Islam berhasil pertama kali masuk dan menancapkan pengaruh Islam di Mesir.
Saat itu, Amru bin Ash menjadikan Fusthat sebagai pusat pemerintahannya. Di Fusthat itulah, bangunan masjid pertama kali berdiri di daratan Afrika. Kini Fusthat juga merupakan bagian dari kota Kairo.
Pada bulan Agustus 969 M, jenderal Jawhar dari Dinasti Fathimiyah yang beraliran Syiah menaklukkan Fusthat. Ia memerintahkan pasukannya untuk membangun istana bagi “khalifah” Fatimiyah di sebelah timur laut Fusthat. Tempat dibangunnya istana ini selanjutnya dinamai Al Qahirah yang berarti “Kemenangan”. Al-Qahirah inilah yang disebut dengan kota Kairo.
Dinasti Fathimiyah yang berkuasa antara 969-1171 Masehi ini juga mendirikan masjid al-Azhar di bawah perintah Jendral Jawhar juga. Masjid inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya universitas tertua kedua di dunia, yaitu Universitas al-Azhar.
Sebenarnya hamper sebagaian besar di masa pemerintahan Dinasti Fathimiyah, ibu kota Mesir tetap di Fusthat sampai tahun 1168 M. Pada tahun itu menteri Fathimiyah yang bernama Shawar membumihanguskan Fusthat untuk mencegah Pasukan Salib mengambil alih kota dan juga menghambat akses ke Kairo. Dengan hangusnya Fusthat, ibu kota Mesir resmi berpindah ke Kairo sampai sekarang.
Kairo sempat dipimpin oleh berbagai dinasti. Yang pertama adalah Dinasti Fathimiyah. Selama 202 tahun di bawah Dinasti Fathimiyah, Kairo berkembang pesat menjadi salah satu pusat peradaban di dunia menyaingi Baghdad milik Dinasti Abbasiyah, dan Kordoba milik Dinasti Kordoba. Ilmu pengetahuan, seni dan budaya berkembang pesat di Kairo.
Pada tahun 1171 Masehi, Dinasti Ayyubiyah di bawah Shalahuddin Al Ayyubi memimpin Kairo. Di bawah pemerintahan Shalahuddin inilah Kairo semakin berkembang dan menyumbang banyak jasa terhadap peradaban Islam.
Salah satu prestasi Shalahuddin di Kairo adalah menyatukan Fusthat, Al Qatai dan Al Asqar ke dalam kota Kairo. Ia membangun dinding tebal mengelilingi keempat kota tersebut. Dengan penyatuan ketiga kota ini, menjadikan Kairo yang baru ini luasnya sepuluh kali lipat dari Kairo semasa pemerintahan Dinasti Fathimiyah.
Pada tahun 1250, Dinasti Mamluk berkuasa di Mesir. Di bawah pemerintahannya Kairo terus berkembang menjadi pusat peradaban Islam dengan dihancurkannya Baghdad oleh Mongol. Dengan kesejahteraan ekonomi, rumah-rumah harus dibangun di luar dinding kota yang dibangun Shalahuddin.
Namun pada masa ini pula lah Kairo terkena wabah penyakit Black Death, penyakit yang menyebar di Asia, Afrika dan Eropa, mengurangi populasi dunia abad ke-14 dan 15 Masehi dari 450 juta menjadi 350 juta. Di Kairo sendiri penyakit ini membunuh 200.000 orang, mengurangi populasi Kairo dari 500.000 ke 300.000 pada abad ke-15.
Pada tahun 1517, Dinasti Turki Utsmani berkuasa di Mesir. Di bawah pemerintahannya, Kairo terus berkembang terutama dari sisi tata kota dimana banyak dibangun taman-taman luas dan indah, gedung-gedung tinggi. Kairo menjadi kota kedua terbesar di dalam Dinasti Utsmani setelah Istanbul.
Saat ini di masa modern, walaupun dipengaruhi kondisi politik Mesir yang selalu bergejolak dalam 100 tahun terakhir, Kairo tidak kehilangan pamornya. Kairo terus menjadi pusat ekonomi dan pendidikan setidaknya di dunia Arab dan benua Afrika. Kairo adalah kota terbesar di dunia Arab dan benua Afrika dari sisi populasi dengan penduduk 7 juta orang.
Kairo juga merupakan kota yang terkenal dengan obyek wisata sejarahnya. Setiap jengkal tanah di Kairo mengandung jutaan cerita sejarah. Maka wajar, jika di kota ini kita sering menemui para pelancong dari berbagai negara.
Nah Sahabat Radio Unisia, menarik bukan kota Kairo. Akan lebih menarik lagi jika kita dapat langsung menginjakkan kaki di sana, lalu menjelajahi sejarah peradaban manusia di sana. Semogaa ya kita bisa ke sana! Amiin…!