Sahabat Radio Unisia yang dirahmati Allah.
Yang membedakan antara manusia dengan binatang adalah akal pikiran. Akal pikiran inilah yang melahirkan pengetahuan bagi manusia. Dengan akal pikiran, kita dapat mengetahui dan mengenali banyak hal. Guru pertama bagi manusia yang telah mengajarkan akal pikiran kita adalah Allah sendiri. Di dalam Surat Al-Baqarah ayat 31 tegas menyatakan: “Dan Dia telah mengajarkan kepada Adam nama-nama semuanya, kemudian Dia kemukakan semua kepada Malaikat, lalu Dia berfirman: Beritakanlah kepadaKu nama-nama itu semua, jika adalah kamu makhluk-makhluk yang benar.”
Sebagai khalifah yang ditugaskan Allah untuk memakmurkan bumi, kita memang sudah sepantasnya memiliki dan mengembangkan pengetahuan seluas-luasnya tentang apa saja yang terjadi di muka bumi. Logikanya, tidak mungkin kita dapat menjadi khalifah pemakmur bumi, jika pengetahuan kita tentang apa saja yang terjadi di muka bumi sangat minim sekali. Sebab seyogyanya, pengetahuan itu adalah dasar bagi kita untuk berbuat.
Pada akhirnya, pengetahuan manusia terus berkembang. Akal pikiran manusia terus berproduksi menelurkan ilmu-ilmu pengetahuan tentang apa saja yang terjadi di muka bumi. Lambat laun, kita begitu fokus mencurahkan pikiran kita kepada hal-hal yang berada di luar diri kita. Akhirnya, kita melupakan atau melewatkan waktu untuk memikirkan dan mengenali tentang diri kita sendiri.
Sebenarnya mengenali diri sendiri dengan mengenal aspek-aspek eksternal dari diri kita tidak dapat dipisahkan. Pengenalan terhadap diri sendiri seharusnya memberikan jalan bagi pengenalan terhadap aspek eksternal dari diri kita. Kita mengenali kemampuan akal pikiran kita, maka kemudian kita mampu mengenal tentang dunia.
Imam al-Ghazali mengatakan di dalam kitabnya Kimiyaa al-Sa’aadah, bahwa mengenal diri adalah kunci untuk mengenal Allah. Imam al-Ghazali mengutip hadis Rasulullah yang artinya, siapa yang mengenal dirinya, ia mengenal Tuhannya. Pertanyaan mendasar adalah, mengapa pengetahuan tentang diri kita memiliki korelasi dengan pengetahuan tentang Allah?
Kita adalah manusia yang diciptakan oleh Allah. Di dalam diri kita terkandung ayat-ayat Allah (ayat kauniah). Dengan begitu, semakin kita mengenal diri kita, maka kita akan semakin mengetahui ayat-ayat Allah yang kauniah. Semakin kita mendalam mengetahui ayat-ayat Allah di dalam diri kita, maka semakin dalam juga pengetahuan kita akan Kebesaran dan Kekuasaan Allah. Dengan begitu, semakin dalam juga pengetahuan kita tengtang Allah. Di dalam Surat Fusshilat ayat 53 juga ditegaskan: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka ayat-ayat Kami di dunia ini dan di dalam diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar.”
Dengan demikian, ada korelasi antara pengetahuan tentang diri kita dengan pengetahuan tentang aspek atau hal-hal eksternal dari diri kita. Korelasi seperti ini seharusnya terus ada secara konsisten. Yang menjadi masalah adalah ketidakkonsistenan antara pengenalan diri sendiri dengan pengenalan eksternal diri. Banyak dari kita yang ketika sudah mengenal dan banyak mengetahui aspek eksternal, maka melupakan pengenalan dirinya. Padahal seperti halnya pengenalan atau pengetahuan eksternal diri yang harus selalu ditingkatkan dan diperbaharui, begitu juga dengan pengenalan diri sendiri. Pengenalan diri sendiri tidak stagnan.
Maka Sahabat Radio Unisia, marilah kita terus mengenal diri kita. Mengenal diri tidak ada batas waktunya, kecuali ajal yang menjemput kita. Wallahu’alam.
Oleh: Ahmad Sadzali