Sahabat Radio Unisia, pada dasarnya manusia adalah makhluk yang memiliki harga diri. Oleh karenanya, kita sebagai manusia memiliki keinginan untuk dihargai. Siapapun orangnya, baik oran miskin lebih-lebih orang kaya; baik pegawai rendahan lebih-lebih pejabat; anak kecil apalagi orang tua; laki-laki maupun perempuan. Perasaan untuk dihargai memang terlihat wajar, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang mulia dan dipilih oleh Allah sebagai khalifah di bumi.
Banyak cara yang dilakukan untuk mendapatkan penghargaan ataupun dihargai oleh orang lain. Ada yang menggunakan cara-cara yang baik, ada juga mencapainya dengan menghalalkan segala cara. Orang yang mendapatkan penghargaan dengan cara yang baik, maka penghargaan yang didapatkan adalah penghargaan yang tulus dan apa adanya. Namun jika cara yang ditempuh adalah dengan cara-cara yang tidak baik, maka suatu saat penghargaan itu akan berbalik menjadi sebuah penghinaan.
Orang mengharapkan penghargaan dari orang lain, jika ia tidak mendapatkannya, maka kekecewaan yang akan menghampirinya. Dengan cara apapun orang itu ingin mendapatkannya. Karena di balik setiap harapan, bersarang sebuah kekecewaan yang siap melesat jika sudah tiba waktunya.
Maka dari sekian cara yang ditempuh untuk mendapatkan penghargaan, yang terbaik adalah dengan cara ‘tidak mencari penghargaan’. Dengan kata lain, apapun yang kita lakukan, tidak sama sekali mengharap penghargaan dari orang lain. Jika orang tidak menghargainya, maka ia tidak akan kecewa. Dan jika orang menghargainya dengan pujian misalnya, ia justru akan beristighfar kepada Allah. Inilah maqam ikhlas.
Orang yang sampai pada maqam ikhlas, penilaian manusia tidak lagi menjadi sesuatu yang penting. Ia tidak membutuhkan penghargaan dari manusia. Yang ada di dalam pikiran dan hatinya hanyalah Allah. Keridhaan Allah atas perbuatannya, itulah yang benar-benar ia harapkan.
Bahkan dalam maqam yang lebih tinggi lagi, ia bahkan tidak merasa melakukan apapun sehingga tidak berhak atas apapun dan tidak berhak juga untuk berharap apapun dari Allah. Karena pada dasarnya, segala hak hanyalah bagi Allah. Ia bahkan tidak berhak atas dirinya sendiri, karena ia tidak memiliki kemampuan untuk dapat diciptakan atau dilahirkan ke muka bumi. Sehingga apapun ketetapan Allah atasnya, ia selalu menerimanya dengan ikhlas.
Bagi orang yang telah sampai pada maqam ini, perhargaan bukanlah sesuatu yang diharapkan lagi. Ia tidak lagi butuh dihargai. Jangankan penghargaan, bahkan hak-haknya pun ia anggap bukan sebuah hak. Karena ia bukanlah orang yang berhak atas apapun.
Sahabat Radio Unisia yang dirahmati Allah. Minta untuk dihargai memang bukanlah sesuatu yang dosa. Sekali lagi, manusia pada dasarnya memiliki harga diri, dan karenanya wajar jika manusia meminta untuk dihargai. Akan tetapi, pilihan terakhir ada di tangan kita. Apakah kita ingin meminta untuk dihargai, ataukah kita tidak membutuhkan pernghargaan apapun dan dari siapapun?
Oleh: Ahmad Sadzali