Muhammad bin Abu Bakar Ash Shiddiq radhiallahu anhuma memiliki anak yang sangat harum namanya, yaitu Qasim bin Muhammad. Qasim ini ulama Tabi’in dan salah satu dari Tujuh Ahli Fikih Madinah. Ibu Qasim putri dari Raja Persia yang menjadi tawanan kaum Muslimin, ketika Qasim berusia tujuh tahun, ayah dan ibunya wafat.
Paman Qasim yang bernama Abdurrahman membawanya dari Mesir ke Madinah. Qasim dipelihara dan dididik dengan sebaik-baiknya oleh Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu anha. Aisyah radhiallahu anha tidak memiliki anak, Qasim merupakan anugerah dari Allah untuk Aisyah.
Dan, Aisyah adalah anugerah dari Allah untuk Qasim anak yatim piatu yang membutuhkan kasih sayang dan pemeliharaan.
Qasim bin Muhammad menceritakan, betapa besar kasih sayang Aisyah terhadapnya waktu beliau kecil, Saya tidak pernah melihat seorang perempuan dalam kehidupan saya yang kasih sayangnya kepada anaknya melebihi kasih sayang bibi saya Aisyah kepada saya. Kasih sayangnya melupakan kesedihanku karena ditinggal wafat ibuku.
Aisyah mencucikan pakaianku, menyisir rambutku, menyiap kan makanan, beliau tidak memulai makan sampai saya memulainya.
Kalau makananku masih ada yang tersisa, beliau yang menghabiskan sisa makananku. Beliau menciumku se belum aku tidur, beliau tidak tidur terlebih dahulu sampai saya tidur. Apabila saya belum tidur, beliau rajin menceritakan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan men ceritakan kakekku Abu Bakar Ash Shiddiq radhiallahu an hu sampai saya tidur. Sungguh saya lupa dengan segala musibah yang menimpaku disebabkan kasih sayang dan pemeliharaan bibiku Aisyah radhiallahu anha.
Hikmah yang bisa kita petik dari kisah di atas di antaranya: Pertama, boleh jadi Allah menahanmu dari karunia-Nya, kemudian setelah itu Ia memberimu. Aisyah radhiallahu anha tertahan dari memperoleh keturunan kemudian mendapatkan anugerah memperoleh keponakan yang ia pelihara dan ia didik seperti anaknya sendiri.
Begitupula dengan Qasim yang tertahan ditinggal wafat ayah dan ibunya, kemudian mendapatkan kasih sayang dari paman dan bibinya.
Kedua, boleh jadi Allah memberimu karunia-Nya kemudian Ia menahan-Nya. Allah memberi harta kepada Qarun dan mengaruniakan kebun yang berbuah kepada seorang hamba-Nya sebagaimana diceritakan dalam surah al-Kahfi. Kemudian, Qarun menjadi sombong dan kufur nikmat lalu Allah membinasakan Qarun dan hartanya. Betapa banyak pelajaran dalam kehidupan ini dan betapa sedikit orang yang mengambil pelajaran! Ketiga, konsekuensi cinta adalah dengan mencintai orang yang dicintai oleh kekasih dan membenci siapa yang dibencinya. Kalau ada orang yang membenci dan mencela Sayyidah Aisyah radhiallahu anha berarti ia telah berdusta atas pengakuan cintanya kepada Qasim. Hakikatnya, ia telah menyakiti Qasim yang sangat mencintai bibinya.
Keempat, seandainya Anda tahu kebaikan, hikmah, rahasia dari kehilangan yang Anda alami tentu Anda akan semakin bersyukur dan semakin cinta kepada Allah. Bisa jadi Anda mengetahui hikmah dari suatu musibah setelah sepekan, sebulan, setahun, atau 20 tahun kemudian. Bisa jadi anak Anda yang mengetahui hikmahnya setelah Anda wafat. Bisa jadi kita baru mengetahui segala hikmah dari setiap musibah di akhirat kelak. Yang jelas kita harus tabah dalam kesabaran dan selalu bersangka baik kepada Allah atas setiap musibah yang datang.
Sumber: republika.co.id