Kehadiran kita, terlepas dari apapun yang menjadi catatan kecewa dan amarah dalam perjalanan hidup di bawah pengasuhan orangtua, sungguh keduanya adalah orang yang berharap kita menjadi insan yang beriman dan karena itu, Islam mewajibkan setiap anak untuk berbakti kepada keduanya.
Karena kesabaran seorang ibu, setiap kita bisa menjadi manusia. Karena dedikasi seorang ayah, setiap kita bisa menjadi orang berarti dalam kehidupan. Tanpa keduanya, entah seperti apa nasib yang akan kita alami.
Kadangkala, kalau kita mengingat masa kecil, tanpa tahu kelelahan dari keduanya, kita sebagai anak meronta-ronta agar diberikan apa yang menjadi keinginannya. Orangtua tentu saja tidak tega, karena itu mereka tak pernah berhenti berkorban untuk kebaikan anak-anaknya.
Wajar jika kemudian, Allah Ta’ala memerintahkan setiap anak untuk bersyukur, berbakti dan tentu saja mendoakan kedua orangtuanya.
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman [31]: 14).
Namun, waktu yang terus berputar, menjadikan banyak anak saat ini terpisah dari kehidupan orangtuanya. Ada yang harus meninggalkan kedua orangtuanya karena sekolah, kuliah, bekerja, atau bahkan berdakwah, sehingga berbakti setiap hari adalah hal yang tidak mungkin dilakukan.
Dalam kondisi seperti ini, maka doa adalah satu-satunya senjata yang bisa diandalkan setiap anak untuk terus bisa berbakti kepada kedua orangtuanya. Memohon kepada Allah kebaikan bagi keduanya, hingga mereka berkenan memberikan ridhanya untuk kebaikan hidup kita sebagai putra dan putri dari keduanya.
Hal ini karena posisi orangtua di dalam Islam sangatlah tinggi, bahkan begitu pentingnya ridha orangtua, Nabi Muhammad pun memberikan penegasan soal ini.
“Keridhaan Allah itu tergantung pada keridhaan orangtua dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan orangtua.” (HR Tabrani)
Oleh karena itu, berbuat baik, berbakti kepada orangtua atau birrul walidayn banyak sekali bentuknya, dan bagi yang jauh dari kedua orangtua pun ada kesempatan untuk tetap bisa birrul walidayn.
Jika kini, Allah telah memberikan kelapangan rezeki, maka berusahalah berbakti dengan memenuhi keinginannya, yang bisa untuk diwujudkan.
“Dari Muhammad bin Sirin berkata : Pada zaman Ustman bin Affan radhiyallahu ‘anhu harga pohon kurma pada saat itu mencapai 1.000 dirham. Saat itu Usamah bin Zaid melubangi pohon kurma yang di belinya dan mengeluarkan jantung pohon kurma-nya (empol- bahasa Jawa) dan di berikan kepada ibunya sebagai makanan. Kemudian Muhammad bin Sirin berkata ; Wahai Usamah apa yang membuatmu melakukan hal ini ? Sedangkan engkau tahu bahwa harga kurma ini senilai 1.000 dirham! Usamah bin Zaid berkata: Sesungguhnya ibuku meminta jantung pohon kurma kepadaku. Dan tidaklah ibuku meminta sesuatu yang aku kuat untuk membelinya kecuali aku akan memberikannya.” (HR. Hakim).
Demikian sebuah contoh bagaimana berbakti kepada orangtua. Lantas bagaimana jika diri tergolong belum mampu untuk membahagiakan orangtua seperti Usamah bin Zaid, maka doa adalah senjata pamungkas. Dan, untuk ini, Al-Qur’an telah memberikan doa yang mesti diucapkan.
“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra [17]: 24).
Lantas, bagaimana jika orangtua telah tiada?
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu ada seorang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Sesungguhnya aku melakukan sebuah dosa yang sangat besar. Adakah cara taubat yang bisa ku lakukan?” Nabi bertanya, “Apakah engkau masih memiliki ibu.” “Tidak” jawabnya. Nabi bertanya lagi, “Apakah engkau memiliki bibi dari pihak ibu.” “Ya,” jawabnya. Nabi bersabda, “Berbaktilah kepada bibimu.” (HR. Tirmidzi).
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, ia berkata,
بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِى سَلِمَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِىَ مِنْ بِرِّ أَبَوَىَّ شَىْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ نَعَمِ الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا وَالاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ تُوصَلُ إِلاَّ بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا
“Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu ada datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya (masih tetap ada bentuk berbakti pada keduanya, pen.). (Bentuknya adalah) mendo’akan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu Daud no. 5142 dan Ibnu Majah no. 3664).
Terhadap yang menuntut ilmu, berbakti kepada orangtua bisa diwujudkan dengan benar-benar menjaga etos belajar, sehingga tidak ada waktu, energi, dan biaya yang terbuang percuma.
Sekalipun orangtua tidak melihat bagaimana kehidupan kita kala belajar di tanah rantau, tapi ingatlah Allah melihat, dan bayangkanlah, betapa kecewanya kedua orangtua bila mengetahui ternyata anaknya yang sekolah atau kuliah dari kampung halamannya, ternyata tidak benar-benar belajar dengan baik.
Jadi, meningkatkan motivasi belajar dengan target mendapatkan hasil terbaik secara keseluruhan merupakan bakti penting seorang anak kepada orangtuanya yang jauh di kampung halaman.
Jika kita tahu dampak durhaka kepada orangtua, hendaknya jangan membuat keduanya marah, sedih dan kecewa dengan tingkah laku kita sebagai anaknya. Itulah mengapa, setiap orangtua diperintahkan untuk mendidik putra-putrinya menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Jika, perilaku kita sebagai anaknya tidak sholeh dan sholehah, maka itu akan membebani kedua orangtua, baik di dunia maupun di akhirat.
“Semua dosa akan ditangguhkan Allah Subhanahu Wata’ala sampai nanti hari kiamat, kecuali durhaka kepada kedua orangtua, maka sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala akan menyegerakan balasan kepada pelakunya di dunia sebelum meninggal.” (HR. Hakim)
Dengan demikian, dalam kondisi apapun kita sebagai anak dari orangtua kita, kaya, miskin, belajar, bekerja atau pun berdakwah, jangan pernah melewatkan doa untuk keduanya.
Semoga Allah masukkan kita sebagai anak-anak yang sholeh dan sholehah, sehingga mendapatkan ridha-Nya, karena ridha kedua orangtua kita semua. Aamiin.*/Imam Nawawi
Sumber: hidayatullah.com