Oleh: Supriyadi
Membaca kitab yang bertajuk Qashash al-Anbiya’ karya Ibn Katsir, kita akan mendapati kisah-kisah para nabi terdahulu dengan berbagai mukjizat yang menguatkan kenabian dan kerasulan mereka. Mulai dari Nabi Adam AS hingga Nabi Isa AS, mukjizat-mukjizat besar senantiasa mengiringi kehidupan mereka.
Secara bahasa, mukjizat berasal dari bahasa Arab yang berarti “yang mengalahkan” atau “yang membuat lainnya menjadi lemah”. Mukjizat adalah khariq al-‘addah yang artinya tidak sesuai dengan kebiasaan. Oleh karena itu, mukjizat berupa hal-hal di luar nalar manusia.
Dalam konteks para nabi dan rasul, mukjizat diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul untuk menampakkan bahwa apa yang mereka dakwahkan adalah kebe naran dan merupakan ajaran Allah yang hak. Oleh karena itu, mukjizat diturunkan agar umat para nabi tersebut tunduk, takluk, kalah, dan bisa menyaring kebenaran yang di dak wahkan oleh para nabi dan rasul. Hal itu dimaksudkan agar pa ra umat terdahulu bisa menerima dakwah ajarah kebenaran.
Mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada para nabi terdahulu banyak yang berupa fenomena kasatmata. Sebagai contoh, Nabi Shalih AS mampu menampakkan beberapa ekor unta yang dikeluarkan dari batu, Nabi Ibrahim AS tidak hangus dan masih hidup meski dibakar dengan api yang sangat besar, Nabi Musa AS diberi tongkat yang bisa berubah menjadi ular besar dan bisa membelah lautan, Nabi Sulaiman AS mampu berbicara dengan binatang dan mengendalikan angin, Nabi Isa AS mampu menyembuhkan orang sakit dan bahkan menghidupkan orang yang sudah mati, dan lain sebagainya. Semua itu merupakan mukjizat-mukjizat yang sangat besar.
Rasulullah Muhammad SAW pun diberi mukjizat yang sangat besar. Mukjizat ini benar-benar sangat berbeda dengan mukjizat-mukjizat para nabi terdahulu. Mukjizat terbesar tersebut adalah Alquran. Itulah mukjizat yang tak tertandingi. Salah satu hal yang luar biasa dari Alquran adalah ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya dan hal itu tidak ada di mukjizat-mukjizat para nabi terdahulu. Dengan demikian, Islam, agama yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, mempunyai perhatian khusus perihal ilmu pengetahuan.
Dalam Islam, orang-orang yang berilmu pun dimuliakan. Hal itu sebagaimana firman Allah dalam potongan QS al-Mujadilah ayat 11, “Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Sebagai manifestasi dari ajaran Alquran, Rasulullah SAW pun mengajarkan umat Islam menuntut ilmu pengetahuan. Kita pun bisa mengakses dalil yang berupa hadis, baik sahih, hasan, maupun dhaif, tentang perintah menuntut ilmu. “Barang siapa yang menapaki suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR Ibn Majah & Abu Dawud).
Bahkan, ilmu yang bermanfaat merupakan amal yang pahalanya tidak terputus meskipun seseorang yang berilmu tersebut telah meninggal. Hal itu sebagaimana riwayat berikut, “Jika seorang anak Adam (manusia) meninggal maka seluruh amalnya terputus kecuali tiga hal: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang senantiasa mendoakannya.” (HR Muslim).
Islam adalah agama yang mengindahkan ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan merupakan mukjizat yang diwariskan oleh Rasulullah SAW. Wallahu a’lam.
Sumber: republika.co.id