Merupakan suatu kenyataan bahwa di dunia sekarang terdapat banyak agama, yang masing-masing banyak pula penganutnya. Kita melihat agama Islam, agama Nasrani, agama Hindu, agama Budha, dan lain sebagainya.
Menghadapi banyak agama itu, pada pokoknya manusia terbadi menjadi tiga golongan:
Pertama, golongan kaum agama yang apriori beranggapan bahwa hanya agamanyalah yang benar, yang lain salah. Pendirian ini dipegangi tanpa memerlukan kepada argumentasi yang cukup.
Biasanya, orang yang mempunyai sikap serupa itu amat teguh berpegang kepada agamanya, tetapi dalam waktu yang sama tidak dapat mendengar orang lain melontarkan kritik terhadap agamanya. Dalam suatu masyarakat yang kebanyakan kaum agamanya bersikap demikian, sering timbul ketegangan yang tidak mudah diredakan.
Kedua, golongan kaum agama yang bersikap acuh tak acuh, mereka amat ringan memandang agama, sampai-sampai juga agama yang dipeluknya sendiri. Semua agama sama saja. Demikianlah pendirian mereka.
Sepintas lalu kita dapat engatakan bahwa golongan ini bersikap amat toleran terhadap semua agama. Tetapi, bila kita pikirkan agak mendalam, kita dapat mengatakan bahwa golongan ini sebenarnya belum memahami arti kebenaran agama sehingga semua agama dianggap benar. Padahal nyatanya kita melihat adanya perbedaan principal antara ajaran suatu agama dan ajaran agama lain. Apabila ajaran yang amat berbeda-beda dan sering saling bertentangan satu sama lain itu dipandang benar semuanya, norma kebenaran menjadi lenyap sama sekali. Akal yang sehat tidak akan dapat menerima sikap seperti ini. Golongan ini biasanya tidak teguh berpengan kepada agama. Bahkan dengan mudah berpindah dari suatu agama kepada agama lain.
Ketiga, golongan yang mau membanding-bandingkan ajaran agama yang ada. Mana ajaran yang lebih sesuai untuk pedoman hidup manusia sebagai makluk yang beridentitas dipegangi, dan mana yang dirasakan tidak sesuai dengan kedudukan manusia yang mulia ditinggalkan. Golongan ini biasanya beragama dengan kesadaran, dan tidak mudah digoncangkan oleh bergejolaknya suasana di sekelilingnya, dan dalam waktu yang sama dapat menghargai para pemeluk agama lain. Ia sendiri sering didorong untuk menyampaikan keyakinan agamanya itu kepada orang lain karena kuatnya keyakinan atas kebenaran agama yang dipeluknya. Sikap golongan inilah yang sesuai dengan ajaran Alquran. Banyak ayat Alquran yang memberi isyarat agar orang suka membandingkan kebenaran agama di dunia agar dalam berpegang kepada Agama Islam itu benar-benar dilakukan dengan penuh keinsyafan dan kemantapan.
Misalnya QS Al Hajj: 17 menyebutkan:
“Sesungguhnya orang yang beriman, orang Yahudi, orang Sabiin (penyembah bintang), orang Nasrani, orang Majusi (penyembah api) dan orang penyembah berhala benar-benar akan dihukumi Allah di antara mereka kelak pada hari Kiamat.”
Disadur dari buku “Beragama Secara Dewasa: Akidah Islam” karya KH. Ahmad Azhar Basyir, M.A., terbitan UII Press, 2002.