Sahabat Unisia, sahabat radio dakwah UII, Yogyakarta…!
Aspek lahiriah dan batiniah dari suatu ibadah memiliki komposisi perbandingan yang seimbang. Jika aspek lahiriah ibadah sebesar lima puluh persen, maka begitu juga dengan aspek batiniahnya. Bahkan jika kita teliti dalam membaca ayat-ayat al-Quran tentang ibadah, maka selalu dikaitkan dengan aspek-aspek batinnya. Dalam bahasa sederhana, aspek batin itu adalah aspek akhlak. Dan begitu juga dengan puasa, juga memiliki dimensi ibadah batiniah, yaitu menahan hawa nafsu.
Antara aspek lahir dan batin ini, keduanya harus sejalan. Tidak boleh ada ketimpangan antara keduanya. Jika yang ada aspek batin saja tanpa lahirnya, maka akan kehilangan manifestasi, ekspresi dan pembutian riil. Sementara jika aspek lahir saja lebih ditonjolkan, tanpa ada aspek batinnya, maka akan kehilangan nilai.
Di antara jihad kita di dalam bulan puasa Ramadan ini, maka marilah kita jadikan sebagai media pendidikan batin. Atau lebih fokus lagi, sebagai media pendidikan akhlak. Karena akhlak adalah aspek utama dari tujuan diutusnya Rasulullah SAW.
Akhlak berasal dari kata khalaqa. Ini satu akar kata dengan khalq, atau ciptaan. Cuman perbedaanya, jika khalq itu sifatnya ijbari atau ketetapan/memaksa. Berbeda dengan khuluq (akhlaq), sifatnya ikhtiyari atau pilihan. Jika fisik kita jelek, maka tidak salah. Karena sifatnya ijbari. Ini berbeda dengan akhlak, ini sifatnya pilihan. Maka kita harus memilih mana yang baik dan meninggalkan yang buruk.
Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak itu adalah sesuatu yang menetap dalam diri yang bersumber dari pengetahuan, tanpa perlu dipirkan dan direncanakan. Jadi akhlak itu spontan. Dan akhlak itu bukan sesuatu yang insidental. Akhalak itu tertanam di dalam diri.
Makanya Allah memberikan rentang waktu cukup lama, yaitu selama satu bulan penuh, mungkin dalam rangka membiasakan kita menahan diri. Puasa mendidik kita untuk memiliki kemampuan menahan diri. Karena akhlak mulia adalah sesuatu yang ditanamkan dan dibiasakan.
[Artikel ini adalah cuplikan dari Kajian Filosofis Puasa yang disampaikan oleh Ust. Dr. Fahruddin Faiz, Wakil Dekan Fakultas Usuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.]