Sahabat Radio Unisia! Sebagai seorang Muslim, tentu sudah menjadi kewajiban kita untuk mengerjakan segala perintah syariat dan meninggalkan segala yang dilarang. Dalam sebuah terminologi, ini kemudian disebut dengan taat. Sebaliknya, jika kita tidak mengerjakan perintah dan justru melakukan perbuatan yang dilarang, artinya kita bukanlah seorang Muslim yang taat.
Di dalam ketaatan, sejatinya mengandung kebaikan, kebahagiaan, ketentraman, dan keindahan hidup. Segala hal positif yang muncul dari ketaatan itu adalah bentuk dari ganjaran yang dijanjikan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya. Tidak ada batasan ruang dan waktu atas ganjaran itu. Allah memberikannya baik ketika di dunia dengan kehidupan yang bahagia, maupun nanti di akhirat dengan berbagai kenikmatan yang lebih besar lagi.
Sebaliknya, di dalam ketidaktaatan, mengandung berbagai efek negatif yang juga bisa saja terjadi di dunia ataupun di akhirat nanti. Secara psikis, orang yang sering berbuat kejelekan memang akan mengalami tekanan-tekanan yang mendorongnya pada pikiran-pikiran negatif.
Tapi Sahabat Radio Unisia, apakah kita cukup hanya dengan taat atau mencapai derajat taat saja?
Bagi sebagian orang mungkin ada yang sudah merasa cukup dengan ketaatan saja. Ketika ia sudah menunaikan kewajiban dan menjauhi segala larangan, maka sudah cukup memberikan kepuasan batinnya. Tapi bagi sebagian orang lain, hal itu ternyata masih belum cukup.
Ketaatan bisa saja dibangun dan diwujudkan dengan berbagai cara. Dengan paksaan atau dengan kekuatan misalnya. Seorang dosen dapat dengan mudah menyuruh mahasiswanya untuk melakukan ketaatan hanya dengan sedikit ancaman terhadap nilai kuliah. Seorang pimpinan kantor juga bisa saja membuat aturan agar semua karyawannya mengerjakan shalat Dhuha dan shalat Dzuhur berjamaah. Dengan begitu, mereka akan berbuat ketaatan.
Tapi pertanyaannya, apakah ketaatan yang mereka kerjakan itu benar-benar dibangun atas dasar kecintaan kepada Allah, atau hanya karena keterpaksaan saja?
Maka yang sesungguhnya menjadi tujuan utama itu bukan bagaimana menciptakan ketaatan, melainkan menumbuhkan cinta kepada Allah. Sebab pada ujungnya, kecintaan akan dengan mudah menghasilkan ketaatan. Sementara ketaatan yang dibangun atas dasar keterpaksaan, tidak dengan mudah dapat menghasilkan kecintaan
Oleh: Ahmad Sadzali