Sahabat Radio Unisia! Kita merupakan makhluk terbaik yang telah diciptakan oleh Allah Swt. Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. Al-Tin: 4). Di dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah kalimat tersebut merupakan obyek sumpah, yaitu Allah telah menciptakan manusia dalam wujud dan bentuk yang terbaik, dengan perawakan yang sempurna serta beranggotakan badan yang normal. Jadi pada dasarnya penciptaan manusia merupakan penciptaan yang sangat sempurna dan dalam kondisi yang baik.
Sayangnya, kondisi penciptaan yang luar biasa ini sering kali kita lupakan begitu saja. Nikmat ini sangat besar. Tapi kita terlalu terbuai dengan nikmat yang besar itu sehingga melupakan Si Pemberi Nikmat. Atau kita terlalu terpana, sehingga mensilaukan mata untuk melihat makna di baliknya. Atau bahkan kita justru merasa penciptaan ini hanyalah sesuatu yang biasa saja, sehingga tidak perlu disyukuri.
Semakin tumbuh dewasa, kita semakin menjauhi fitrah itu. Fitrah itu suci. Kesucian itu sekarang dipenuhi dengan banyaknya bercak noda. Entah membutuhkan berapa lama untuk menghilangkan noda-noda itu. Persis seperti batu suci yang diturunkan Allah dari surga. Dari yang warnanya putih bersinar, berubah menjadi hitam pekat.
Untuk itulah, setelahnya Allah mengatakan yang artinya: “Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.” (QS. Al-Tin: 5). Tempat serendah-rendahnya itu adalah neraka. Setelah penciptaan yang baik dan menakjubkan kita, tidak sedikit manusia yang persinggahan terakhirnya adalah neraka. Sebabnya adalah ketidaktaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Manusia yang lalai dari fitrah penciptaannya. Semakin jauh ia dari Allah yang menciptakannya.
Tapi ternyata tidak semua manusia demikian. Ada juga manusia—semoga kita termasuk di dalamnya—yang tetap menjaga kefitrahan penciptaan itu. Yaitu orang-orang yang memiliki iman dan senantiasa melakukan perbuatan yang baik. Allah berfirman yang artinya: “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih. Maka bagi mereka pahala yang tiada terputus.” (QS. Al-Tin: 6).
Konsisten dalam kefitrahan seakan menjadi tantangan dari Allah yang dialamatkan kepada kita. Allah telah menciptakan kita dengan sebaik-baiknya penciptaan, bahkan menyematkan kepada kita sebagai makhluk terbaik. Sekarang, mampukan kita setelah diciptakan, menjaga kemurnian fitrah penciptaan itu.
Kita akan tetap menjadi makhluk terbaik selama kita mempu konsisten menjaga fitrah itu. Namun jika tidak, bisa jadi derajat kita turun, sederajat atau bahkan di bawah level binatang. Manusia yang menempati neraka adalah manusia yang lebih hina dari binatang. Wallahu’alam.
Oleh: Ahmad Sadzali