Dakwah secara bahasa adalah seruan,sedangkan menurut makna syara’, dakwah adalah seruan kepada orang lain agar mengambil Islam. Melakukan amar ma’ruf, mencegah kemunkaran.
Atau bisa juga didefinisikan dengan upaya untuk mengubah manusia, baik perasaan, pemikiran, maupun tingkah laku dari jahiliyah ke islamsebagaimana yang terdapat dalam dalil ini.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS.Ali Imran:104)
Maka dakwah merupakan kewajiban bagi setiap mukmin laki-laki dan perempuan. Kewajiban dakwah ini hanya mampu diemban oleh orang-orang yang kuat, orang-orang yang yakin akan pertolongan dari Allah Subhanahu Wata’ala. Mereka tahu tatkala menjalankan aktifitas dakwah ini, banyak hal yang akan ia temui.
Seperti adanya penentangan mulai dari keluarga, masyarakat bahkan penguasa sekalipun ketika penguasa tidak paham akan syariat islam. Bisa kita lihat bagaimana hari ini dakwah dibungkam, berislam difitnah, ulama-ulama di kriminalisasi.
Tapi semua itu tidak akan membuat gentar sedikitpun bagi mereka yang sudah mencintai dakwah. Dakwah adalah kehidupan nya,tanpa dakwah seakan-akan mereka mati. Begitulah ketika cinta sudah terpatri, segala macam hambatan akan dilaluinya. Lihatlah Rasul dan para sahabat yang mencintai dakwah, mereka rela mengobarkan diri dan hartanya di jalan Allah.
Abubakar menginfaqkan seluruh hartanya di jalan dakwah, bahkan tidak ada yang tersisa, sampai-sampai Rasul bertanya, “Adakah harta yang engkau sisakan?” Ia menjawab, “Ada pada Allah dan RasulNya”. Kemudian kita lihat sahabat yang lain, Mush’ab bin Umair Ra. Sebelum masuk Islam Mushab Ra adalah seorang pemuda yang biasa hidup dalam kemewahan. Ia berasal dari keluarga yang kaya raya di Makkah.
Tetapi ketika dia memilih Islam semua kemewahan dan kesenangan ia tinggalkan. Kemudian Mush’ab di utus oleh Baginda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam ke Madinah sebagai duta dakwah islam. Atas peran dakwahnya di Madinah sebagian para pemuka madinah berhasil di islamkan dan mereka mau memberikan kekuasaan mereka pada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam hingga beliau sukses mendirikan Daulah Islam di Madinah.
Luar biasa, begitu cinta para sahabat terhadap dakwah dan kepada sesama muslim. Demi cinta itu pula ia rela mengobarkan apa saja, seolah tak ada yang didisakan untuk Islam. Bahkan karena cinta ia terbunuh di medan perang.
Begitulah sosok para pecinta dakwah dan masih banyak lagi yang tidak bisa penulis ungkapkan di sini.
Lalu bagaimana dengan kita hari ini? Sudahkah kita mencintai dakwah? Sudahkah kita memberikan waktu terbaik untuk dakwah, infaq terbaik untuk dakwah dan segala sesuatu yang telah kita miliki untuk dakwah?
Bahkan tak sedikit di antara kita jika dijak bergabung dalam barisan dakwah atau ikut terlibat selalu mangkir dan berusaha mengindar. “Nantilah jika sudah pensiun saya aktif di masjid,” katanya. “Maaf, saya sangat sibuk, kapan-kapan jika ada waktu,” ujar lainnya. Oh, jadi untuk menghadap Allah dan Islam, kita hanya carikan waktu sisa. Sedangkan waktu paling bermutu, hanya dihabiskan untuk dunia.
Ingatlah apa yang di firman kan oleh Allah Subhanahu Wata’ala .
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ ۚ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Sesungguhnya Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu Telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang Telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar.” (QS: At-Taubah:111)
Adakah jual beli yang lebih menguntungkan kecuali dengan Allah Subhanahu Wata’ala. Ayat tersebut sudah cukup bagi mereka yang yakin dengan janji Allah. Wallahu’alam bishowab.*/Eli Marlinda
Sumber: hidayatullah.com