Merasakan kesedihan adalah manusiawi. Fitrah dan merupakan sifat alami yang dimiliki oleh setiap manusia. Kesedihan muncul akibat dari tidak dapat menerima keadaan, seperti kehilangan orang-orang yang dicintai, harta atau kedudukan. Sedih juga bisa karena kegagalan, kesusahan, kecewa, stres, atau patah hati.
Orang yang bersedih biasanya akan menangis. Akan tetapi, orang yang menangis belum tentu bersedih. Karena orang yang menangis dapat juga disebabkan oleh perasaan senang atau terharu.
Sebenarnya bersedih dibolehkan dan memiliki dampak baik bagi tubuh, yakni dapat membersihkan racun dan meluapkan emosi yang terpendam. Akan tetapi, kesedihan juga dapat berdampak buruk jika terjadi berlarut-larut.
Kesedihan yang berlarut-larut inilah yang tidak diperbolehkan dalam Islam. Seperti menangis berhari-hari tanpa henti karena ditinggal orang tercinta, menangis dalam waktu yang lama sehingga melupakan beribadah kepada Allah, dan bersedih hingga melukai dirinya sendiri. Seru Allah, “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS At Taubah: 40)
Lalu bagaimana Islam mengajarkan cara mengobati kesedihan? Pertama, ingatlah selalu seruan-Nya, “Allah bersama kita.” Karena seberat apapun kesulitan dan kesedihan yang dirasakan, kita tidaklah sendiri. Dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan jika Allah bersama kita.
Dialah pemilik segalanya di dunia ini. Dia Mahakuasa atas segala sesuatunya. Dia Maha Penyayang dan Maha Pengasih. Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya berlarut dalam kesulitan.
Di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Dengan mengingat Allah akan membuat hati menjadi tenteram. “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’d: 28)
Kedua, cara termudah adalah banyak berzikir; mengingat dan terus menyebut Allah. Berzikir tidak hanya mengunduh pahala besar karena sedang melakukan amalan yang disukai para malaikat dan rasul-Nya. Karena berzikir, telah tersedia hal-hal indah untuk kebaikan diri dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Untuk sekarang atau nanti. Untuk di sini atau di sana (alam akhirat).
Saat bertasbih, sejatinya kita sedang mengakses kesucian dan kebeningan sifat rahman rahim-Nya. Tidak mungkin akan berlama-lama dengan kesedihan jika hatinya sedang dalam proses membeningkan dan menjernihkan, demi hadirnya sifat kasih dan sayang-Nya.
Saat bertahmid, bukankah saat itu kita sedang memuji keagungan dan kebesaran-Nya. Betapa pun kita masih diberi kesempatan menikmati semua karunia-Nya. Teramat banyak nikmat yang Allah beri. Dan itu jauh tidak sebanding dengan ujian yang Allah beri.
Ketika kita membaca tahlil, artinya kita sedang meneguhkan tauhid. Tidak ada Zat yang bisa memberikan kebaikan yang indah dan sempurna, kecuali Dia, Allah SWT. Dan tatkala takbir kita suarakan, kita sedang memproses pengerdilan diri di hadapan-Nya. Yang Besar dan Berkuasa atas diri kita dan setiap keadaan adalah Dia.
Berikutnya perbanyaklah doa. Ketika Rasullullah SAW mendapati Abu Umamah RA sedang bersedih di dalam masjid, beliau mengajarkan sebuah doa, “Ya Allah, aku memohon perlindungan dengan-Mu dari keluh kesah dan kesedihan, rasa lemah dan kemalasan. Aku memohon perlindungan dengan-Mu daripada sifat penakut dan kebakhilan. Dan aku memohon perlindungan dengan-Mu dari beban utang dan dikuasai seseorang.” (HR. Abu Daud)
Ikhwah filah tercinta. Jelang pergantian tahun Masehi, jika kita adalah yang masih dirundung kesedihan yang tak berkesudahan dan atau kita adalah yang berharap banyak hal dalam hari-hari kita dan atau kita adalah yang ingin mentaubati dosa salah khilaf kita sepanjang tahun, mari hadiri majelis-majelis zikir.
Alhamdulillah untuk kesekian kalinya, harian kesayangan kita ini kembali akan menghelat zikir akbar Tahun Baru 2018 di Masjid At-Tiin, TMII. Insya Allah, bersama puluhan ribu dan jutaan umat Islam yang berzikir dan berdoa, sirna sudah kesedihan kita. Dan kita akan menapaki hidup dalam ridha, rahmat dan berkah-Nya. Aamiin.
Sumber: republika.co.id