Najib al-Kailani. Sastrawan ulung dari Mesir. Ia adalah salah satu pelopor sastra dan teater Islam. Karya-karyanya sarat nilai Islam dan kemanusiaan. Karya-karyanya sarat dengan kritik sosial. Berbilang kali ia masuk penjara. Dan justru dalam penjaralah karya-karya besarnya lahir. Bermacam penghargaan ia peroleh. Ia telah berhasil berdakwah dengan karya sastra. Berdakwah dengan novel. Najib Kailani adalah seorang novelis legendaris. Ia pengarang sangat produktif.
Kritik sosial dalam tulisan Najib sangat kental. Terutama pembelaan terhadap para kaum lemah, miskin, dan tertindas. Ia dikenal berani melawan rezim kezhaliman dan kebatilan. Tanpa melupakan dimensi religius yang cukup menonjol. Ia juga tak segan mengangkat tema tentang ulama dan cendekiawan. Ia mengkritik semua yang bertentangan dengan nilai Islam dan kemanusiaan.
Najib al-Kailani lahir pada 10 Juni 1931 di Syarsyabah, Provinsi al-Gharbiyah, Mesir. Ia berasal dari keluarga petani sangat miskin. Anak sulung dari sembilan bersaudara. Ketika terjadi Perang Dunia II, Mesir terkena dampak buruknya, termasuk kampung kelahirannya. Mesir dihantam krisis ekonomi hebat ditambah dengan tekanan dan penindasan penjajah Inggris. Para petani mengalami berbagai penderitaan. Najib Kailani lahir dan besar dalam situasi krisis politik dan ekonomi yang demikian buruk di Mesir.
Di tengah krisis tersebut, Najib Kailani mulai belajar di Kuttab. Kemudian melanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah di Sinbath dan Madrasah Tsanawiyah di Thantha, Mesir. Pada tahun 1951, ia melanjutkan studinya di Fakultas Kedokteran Universitas Fuad (sekarang Universitas Kairo). Pada tahun 1955, Najib Kailani diajukan ke pengadilan, berkaitan kegiatannya politiknya yang aktif dalam gerakan Ikhwanul Muslimin. Ia divonis 10 tahun. Setelah menjalani hukuman 3,5 tahun, ia dibebaskan. Setelah keluar dari penjara, ia menyelesaikan kuliahnya. Tahun 1960, ia kembali dipenjara selama 1,5 tahun. Hampir lima tahun berpindah-pindah dari satu penjara ke penjara lain. Berbagai macam ancaman dan penyiksaan ia alami di penjara.
Setamat kuliah, Najib al-Kailani bekerja sebagai dokter pada Kementerian Perhubungan dan Jawatan Kereta Api Mesir. Di samping bekerja, Najib juga aktif menulis puisi, novel, cerpen, dan naskah drama. Pada tahun 1965, Gamal Abden Nasser menginstruksikan dari Moskow untuk kembali menangkap para aktivis Ikhwanul Muslimin. Najib termasuk di antaranya. Pada tahun 1967, ia meninggalkan Mesir dan bekerja sebagai dokter di Kuwait, kemudian di Dubai. Selanjutnya, ia berpindah-pindah dari satu jabatan ke jabatan lain. Terakhir, ia menjabat sebagai Direktur Departemen Budaya pada Kementerian Kesehatan Persatuan Emirat Arab. Ia juga menjadi anggota panitia bidang kesehatan masyarakat untuk negara-negara teluk. Ia banyak menghadiri berbagai muktamar para Menteri Kesehatan negara-negara Arab. Ia kembali ke Kairo pada tahun 1992. Tahun 1968, Najib pindah ke Emirat Arab dan bekerja sebagai dokter yang mengepalai sebuah Yayasan Kesehatan. Hampir seperempat abad ia berada di luar mesir.
Tulisan-tulisan Najib sangat unik dan menarik. Kar-yanya lahir dari penghayatan mendalam terhadap nilai-nilai kemanusiaan, persaudaraan dan cinta. Karyanya lahir dari himpitan dan tekanan kezaliman, terutama berbagai bentuk penyiksaan dan intimidasi di penjara. Semuanya ia tuangkan dalam lebih dari 50 buku, berupa novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, dan naskah drama. Selain itu, ia tuangkan juga dalam ratusan artikel ilmiyah yang tersebar di berbagai majalah dan surat kabar.
Pada saat di penjara, novelnya al-Thariq al-Thawil (Jalan Panjang) meraih penghargaan karya terbaik dalam lomba menulis cerita yang diadakan Kementerian Pendidikan dan Pengajaran Mesir. Novel yang bercerita tentang Perang Dunia II. Saat itu, ia menggunakan nama pena, bukan nama aslinya. Dan baru diketahui nama aslinya setelah pengumuman pemenang lomba.
Kiprah Najib dalam dunia sastra bermula dari gemar dan cinta membaca, terutama majalah-majalah sastra yang terbit pada masa itu. Ia gemar membaca al-Risalah, al-Tsaqofah, al-hilal, dan al-Muqtathof. Melalui majalah-majalah tersebut, ia mengenal banyak sastrawan, seperti Sayyid Quthub, Mushthofa Shodiq al-Rofi’i, al-‘Aqqod, al-Mazini, al-Manfaluthi, Thoha Husein, dan Taufiq al-Hakim. Kegemaran itu muncul sejak ia masih di bangku Tsanawiyah. Pada saat itu pula Najib al-Kailani mulai menulis puisi.
Limpahan karyanya masih dapat kita jumpai di perpustakaan. Sebut saja, misalnya, Ardlu al-Anbiya’ (Bumi Para Nabi), Hikayat Jaad Allah (Kisah kekasih Allah), Hamamah Salam (Merpati Perdamaian), Damm li Fathir Shuhyuun (Darah Santapan Zionis), Alladzina Yahtariqun (Orang-Orang yang Terbakar), Ibtisaamah fi Qolb asy-Syaithan (Senyum di Hati Setan), Ardl al-Asywaaq (Bumi Berpagar), Amirah al-Jabal (Ratu Gunung), al-Royat al-Su’ud (Bendera Saudi), ‘Adzra’ al-Qoryah (Gadis Kampung), al-Ka’sal-Farighoh (Gelas Kosong), dan puluhan karya yang lain.
Meskipun dikenal sebagai salah satu pelopor Sastra dan Teater Islam Najib al-Kailani juga menulis karya ilmiah dalam bidang kedokteran, keagamaan, dan politik. Di antara karya-karya ilmiahnya adalah Haula al-Din wa al-Daulah (Seputar masalah Agama dan Negara), al-Thoriq ila Ittihad Islami (Jalan menuju Persatuan Islam ), Nahnu wa al-Islam (Kita dan Islam), Tahta Royat al-Islam (Di bawah Bendera Islam), al-Mujtama’ al-Maridl (Masyarakat yang Sakit), Iqbaal al-Sya’ir al-Tsair (Iqbal, Sang Penyair Revolusioner), Syauqii fi Rakb al-Khalidin (Kerinduanku berada di sisi Orang-Orang yang Kekal), Fi Rihah al-Thibb al-Nabawi (Nikmatnya Pengobatan Nabi), al-Shaum wa ash-Shihhah (Puasa dan Kesehatan), dan Mustaqbal al-‘Alam fi Shihhah al-Thifl (Masa Depan Kesehatan Anak di Dunia). Karya-karya sastra dan ilmiahnya sering memperoleh bermacam penghargaan.
Dalam hampir keseluruhan karyanya, Najib selalu menyelipkan nilai-nilai Islam yang berdimensi kemanusiaan dan keadilan, serta menentang segala bentuk kedhaliman, penindasan dan segala sesuatu yang bertentangan dengan ruh Islam. Nilai-nilai Islam dan kemanusiaan selalu menjadi lentera dalam karya-karyanya. Oleh karena itulah, Najib Kailani dikenal sebagai sastrawan pelopor dakwah bil novel. Bagi Najib, berdakwah tidak hanya di masjid, musholla dan maslis taklim dan temmpat lainnya. Berdakwah bisa lewat media karya sastra.
Najib tidak segan mengkritik profesi dokter yang bekerja hanya untuk mengeruk materi, tanpa memiliki misi kemanusiaan yang luhur. Ia juga selalu mengkritik orang yang menyandang gelar terhormat keagamaan justru melakukan tindakan yang menyimpang dari nilai-nilai Islam. Najib al-Kailani adalah teladan dan pelopor tentang bagaimana membangun karya sastra dengan sentuhan mendalam nilai Islam. Novel boleh saja bertema cinta, tapi tidak boleh lepas dari pesan moral dan kritik sosial. Yaitu pesan moral dan kritik sosial yang mencerahkan dan memajukan alam pikiran para pecinta dan penikmat karya sastra.
Oleh: Setyoni MP. Anggota PRM Desa Karangagung, Tuban, Jawa Timur.
Sumber: suaramuhammadiyah.id