Sahabat UNISIA, tau kan kalau sebagian besar umat Islam di Indonesia menganur mazhab Syafi’i dalam fikih. Tentu dong ya, sebab meski kita tidak kenal dengan fikih Syafi’i itu sebenarnya seperti apa, secara tidak langsung dalam praktek keberagamaannya kita tergolong pengikut mazhab Syafi’i. Ini tidak lepas dari pengaruh ulama nusantara yang banyak menganut mazhab Syafi’i.
Nah ngomong-ngomong tentang mazhab Syafi’i nih, tau tidak sih siapa sebenarnya Imam Syafi’i itu? Kalau belum tau, yuks kita simak ulasan Mausu’ah berikut ini.
Nama lengkap Imam Syafi’i adalah Abū Abdullāh Muhammad bin Idrīs al-Syafiī atau Muhammad bin Idris asy-Syafi`i. Beliau adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi’i. Imam Syafi’i juga tergolong kerabat dari Rasulullah, beliau termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Muhammad.
Kebanyakan ahli sejarah berpendapat bahwa Imam Syafi’i lahir di Gaza, Palestina, namun di antara pendapat ini terdapat pula yang menyatakan bahwa dia lahir di Asqalan; sebuah kota yang berjarak sekitar tiga farsakh dari Gaza. Menurut para ahli sejarah pula, Imam Syafi’i lahir pada tahun 150 H, yang mana pada tahun ini wafat pula seorang ulama besar Sunni yang bernama Imam Abu Hanifah.
Setelah ayah Imam Syafi’i meninggal dan dua tahun kelahirannya, sang ibu membawanya ke Mekah, tanah air nenek moyang. Beliau tumbuh besar di sana dalam keadaan yatim. Sejak kecil Syafi’i cepat menghafal syair, pandai bahasa Arab.
Di Makkah, Imam Syafi’i berguru fiqh kepada mufti di sana, Muslim bin Khalid Az Zanji sehingga ia mengizinkannya memberi fatwah ketika masih berusia 15 tahun. Kemudian beliau juga belajar dari Dawud bin Abdurrahman Al-Atthar, Muhammad bin Ali bin Syafi’, dan juga menimba ilmu dari Sufyan bin Uyainah. Dan masih banyak lagi guru yang lainnya.
Kemudian Imam Syafi’i pergi ke Madinah dan berguru fikih kepada Imam Malik bin Anas. Beliau mengaji kitab Muwattha’ kepada Imam Malik dan menghafalnya dalam 9 malam. Kecerdasannya membuat Imam Malik amat mengaguminya.
Sementara itu, Imam Syafi`i sendiri juga sangat terkesan dan sangat mengagumi Imam Malik di Makah dan Imam Sufyan bin Uyainah di Makkah. Saking kagumnya Imam Syafi’i kepada dua imam itu, sampai-sampai beliau berkata: “Seandainya tidak ada Malik bin Anas dan Sufyan bin Uyainah, niscaya akan hilanglah ilmu dari Hijaz.”
Imam Syafi’i kemudian pergi ke Yaman dan bekerja sebentar di sana. Beberapa Ulama’ Yaman yang didatangi Imam syafi’i seperti: Mutharrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf Al-Qadli dan banyak lagi yang lainnya. Dari Yaman, beliau melanjutkan tour ilmiahnya ke kota Baghdad di Iraq dan di kota ini dia banyak mengambil ilmu dari Muhammad bin Al-Hasan, seorang ahli fikih di negeri Iraq.
Di Mesir Imam Syafi’i bertemu dengan murid Imam Malik yakni Muhammad bin Abdillah bin Abdil Hakim. Sebenarnya tujuan Imam Syafi’i pergi ke Mesir adalah ingin bertemu dan berguru dengan Imam Laits Bin Sa’ad. Namun sayangnya, sebelum tiba di Mesir, Imam Laits bin Sa’ad sudah meninggal dunia.
Jika di Baghdad, Imam Syafi’i menulis madzhab lamanya atau yang terkenal dengan sebutan qaul qadim. Kemudian beliau pindah ke Mesir pada tahun 200 Hijriyah, Imam Syafi’i menuliskan madzhab barunya yang dikenal dengan sebutan qaul jadid.
Salah satu karangan Imam Syafi’i adalah kitab “Ar-Risalah”, yaitu kitab pertama tentang ushul fiqh. Adapun mazhab barunya di Mesir termuat di dalam kitabnya yang diberi nama “Al-Umm”.
Imam Syafi’i adalah seorang mujtahid mutlak, imam fikih, hadis, dan juga ushul. Beliau mampu memadukan fikih ahli Irak dan fikih ahli Hijaz.
Mengenai Imam Syafi’i ini, Imam Ahmad bin Hambal berkata,”Dia adalah orang yang paling faqih dalam Al Quran dan As Sunnah,”
Imam Ahmad bin Hambal juga berkata, “Sesungguhnya Allah telah mentakdirkan pada setiap seratus tahun ada seseorang yang akan mengajarkan Sunnah dan akan menyingkirkan para pendusta terhadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Kami berpendapat pada seratus tahun yang pertama Allah mentakdirkan Umar bin Abdul Aziz dan pada seratus tahun berikutnya Allah menakdirkan Imam Syafi`i.
Adapun dasar yang dipakai dalam madzhabnya, Imam Syafi’i menggunakan: Al Quran, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Imam Syafi’i banyak sekali memiliki murid. Salah satunya adalah Imam Ahmad bin Hambal yang kemudian hari mendirikan mazhab Hambali.
Imam Syafi’i meninggal dunia di Fusthat, Mesir pada tahun 204Hijriyah atau bertepatan pada tahun 819 Masehi. Tidak lama setelah kabar kematiannya tersebar di Mesir, kesedihan dan duka pun melanda seluruh warga. Mereka semua keluar dari rumah ingin membawa jenazah diatas pundak, karena dahsyatnya kesedihan yang menempa mereka. Tidak ada perkataan yang terucap saat itu selain permohonan rahmat dan ridha untuk yang telah pergi.
Nah Sahabat UNISIA, begitulah biografi singkat Imam Syafi’i. Sungguh Imam Syafi’i merupakan ulama yang luar biasa, dan kemuliaan diperolehnya karena ilmu. Semoga ilmu beliau terus bermanfaat bagi kita semua. Amiinn..!