[Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa (berpaling ke Masjidil Haram) itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.]
Dalam Tafsir Al baqarah:144 dijelaskan bahwa Ketika Nabi mengikuti peristiwa Isra’ Mi’raj, bahwa perjalanan itu dimulai dari Masjidil Haram kemudian ke Masjidl Aqsha. Peristiwa ini terjadi beberapa saat sebelum hijra (dari Mekah ke Madinah), arah kiblatnya ke Masjidil Aqsha (seperti rute perjalanan Isra’Mi’raj tadi). Tetapi nabi itu berharap qiblatnya tetap berada di ka’bah bukan Masjidil Aqsho. Nabi berkata ke malaikat jibril, supaya qiblatnya dipindah ke baitullah , malaikat Jibril menjawab mintalah kepada Allah, akhirnya keinginan nabi di kabulkan oleh Allah.
Sahabat Unisia, lebih jelasnya lagi tentang tafsir ini mari kita simak ceramah berikut bersama Ust. Supriyanto Pasir. Semoga bermanfaat.